Rabu, 21 Agustus 2013

Skripsi Farmasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus Merr.) Sebagai Obat Luka Insisi Kronis Dalam Sediaan Salep Dan Krim

Download Kumpulan Skripsi Farmasi Lengkap – Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus Merr.) Sebagai Obat Luka Insisi Kronis Dalam Sediaan Salep Dan Krim. Tumbuhan katuk (Sauropus androgynus Merr.) adalah salah satu tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran. Tumbuhan katuk terutama bagian daunnya memiliki beberapa kandungan kimia, salah satunya flavonoid. Flavonoid yang terdapat dalam daun katuk dapat bekerja sebagai antimikroba.

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak daun katuk dalam bentuk sediaan salep dan krim serta mengevaluasi efeknya sebagai obat luka insisi kronis pada mencit. Pada penelitian ini daun katuk diekstraksi secara perkolasi dengan pelarut etanol 70%, selanjutnya ekstrak dipekatkan menggunakan alat penguap berputar dan dikeringkan menggunakan freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kental.

Ekstrak daun katuk diformulasi menjadi sediaan salep berbasis vaselin dan krim berbasis air dengan variasi konsentrasi 1, 1,5, 2, 2,5, 3, 5, 7, dan 9%. Basis salep dan krim digunakan sebagai kontrol negatif sedangkan salep dan krim kloramfenikol sebagai kontrol positif. Pemeriksaan stabilitas sediaan selama 3 bulan dilakukan dengan mengamati perubahan pH, organoleptis seperti bentuk, warna dan bau serta homogenitas dengan mengamati sejumlah sediaan pada sekeping kaca. Luka insisi diinfeksikan dengan menempelkan kotoran mencit dan setelah 3 hari diperoleh luka insisi kronis.

Efek sediaan salep dan krim terhadap penyembuhan luka insisi kronis dilakukan pada mencit yang diklasifikasi dalam 20 kelompok masing-masing terdiri dari 3 ekor mencit. Hasil pemeriksaan sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan salep dan krim dari ekstrak daun katuk tetap stabil selama 3 bulan penyimpanan. Nilai pH sediaan memenuhi persyaratan pH sediaan yang aman untuk kulit sesuai dengan pH kulit, yaitu pH 4,5 hingga 6,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberi sediaan salep 9% memberikan kesembuhan paling cepat yaitu hari ke-5, sedangkan kelompok yang diberi sediaan krim 9% memberikan kesembuhan pada hari ke-6. Hasil analisis data menggunakan uji One Way Anova dengan Metode Tukey HSDa menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kecepatan penyembuhan luka insisi kronis pada sediaan salep dan krim dengan konsentrasi 9% dibandingkan dengan kontrol positif (p>0,05).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa ekstrak daun katuk dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan salep dan krim yang dapat mempercepat penyembuhan luka insisi kronis. Salep memiliki kemampuan lebih untuk menyembuhkan luka insisi kronis dibandingkan krim. Sediaan salep 9% memberikan efek penyembuhan paling cepat yaitu setelah 5 hari pemberian, sedangkan pada sediaan krim 9% setelah 6 hari pemberian. Kata kunci: esktrak daun katuk, salep, krim, luka insisi kronis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar