Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pemeriksaan Kadar Pirazinamida Dalam Plasma Darah Pasien Tb Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Buffer Fosfat Ph 7,4 : Metanol Dan Baku Dalam Nikotinamid. Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan adanya infeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pirazinamida adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan tahap awal untuk aktivitas bakterisidnya.
Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase balik dengan deteksi ultraviolet dilakukan untuk memeriksa kadar pirazinamida dalam plasma. Nikotinamid digunakan sebagai baku dalam. Obat dideteksi pada panjang gelombang 254 nm. Pemisahan pirazinamida dan nikotinamid dilakukan pada kolom ODS C18. Fase gerak terdiri dari buffer fosfat (pH 7,4) dan metanol (96,8:3,2 v/v) dan dielusi pada laju 0,8 ml/menit. Pirazinamida dan nikotinamid terelusi pada waktu retensi 20,660 menit dan 24,313 menit.
Sedangkan batas deteksi dan batas kuantifikasi berturut-turut adalah 1,4253 mM dan 4,3189 mM. Kalibrasi dan analisis dilakukan berdasarkan pada rasio luas puncak pirazinamida dan nikotinamid. Kurva kalibrasi linier pada jarak konsentrasi 2,4368 - 6,4982 mM dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,9725. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, maka kadar pirazinamida dalam plasma darah pasien tuberkulosis adalah sebesar 2,4537 mM.
Minggu, 29 September 2013
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Besi Pada Buah Anggur Merah Dan Anggur Hijau (Vitis vinifera) Secara Kolorimetri
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Besi Pada Buah Anggur Merah Dan Anggur Hijau (Vitis vinifera) Secara Kolorimetri. Anggur merupakan tumbuhan merambat yang termasuk kedalam keluarga Vitaceae. Buah ini mengandung banyak gizi termasuk besi. Besi merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kurang dari 100 mg perhari. Kekurangan besi akan mengakibatkan anemia, pusing, kurang nafsu makan dan menurunnya kekebalan tubuh.
Penetapan kadar besi dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi warna ammonium tiosianat yang diukur pada panjang gelombang maksimum 458 nm. Larutan besi tiosianat memberikan warna merah yang stabil dengan persamaan regresi Y= 0,1778X – 0,0018 dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Dari hasil analisis diperoleh kadar besi pada buah anggur merah dan anggur hijau dengan terlebih dahulu dilakukan destruksi basah yaitu : anggur merah berbiji tanpa dikupas = 2,770 ± 0,08 mcg/g, anggur hijau berbiji tanpa dikupas = 2,574 ± 0,05 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang dikupas = 3,323 ± 0,02 mcg/g, anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,420 ± 0,02 mcg/g, anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,689 ±0,015 mcg/g, anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,388 ± 0,05 mcg/g, anggur merah berbiji yang dikupas = 2,619 ± 0,018 mcg/g, anggur hijau berbiji yang dikupas = 2,618 ± 0,018 mcg/g. Kadar besi pada buah anggur merah dan anggur hijau secara destruksi kering yaitu : anggur merah berbiji tanpa dikupas = 2,277 ± 0,069 mcg/g, anggur hijau berbiji tanpa dikupas = 2,279 ± 0,043 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang dikupas = 1,779 ± 0,019 mcg/g, anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,361 ± 0,026 mcg/g, anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,740 ± 0,025 mcg/g, anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,348 ± 0,008 mcg/g, anggur merah berbiji yang dikupas = 1,883 ± 0,078 mcg/g, anggur hijau berbiji yang dikupas = 2,504 ± 0,014 mcg/g.
Penetapan kadar besi dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi warna ammonium tiosianat yang diukur pada panjang gelombang maksimum 458 nm. Larutan besi tiosianat memberikan warna merah yang stabil dengan persamaan regresi Y= 0,1778X – 0,0018 dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Dari hasil analisis diperoleh kadar besi pada buah anggur merah dan anggur hijau dengan terlebih dahulu dilakukan destruksi basah yaitu : anggur merah berbiji tanpa dikupas = 2,770 ± 0,08 mcg/g, anggur hijau berbiji tanpa dikupas = 2,574 ± 0,05 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang dikupas = 3,323 ± 0,02 mcg/g, anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,420 ± 0,02 mcg/g, anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,689 ±0,015 mcg/g, anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,388 ± 0,05 mcg/g, anggur merah berbiji yang dikupas = 2,619 ± 0,018 mcg/g, anggur hijau berbiji yang dikupas = 2,618 ± 0,018 mcg/g. Kadar besi pada buah anggur merah dan anggur hijau secara destruksi kering yaitu : anggur merah berbiji tanpa dikupas = 2,277 ± 0,069 mcg/g, anggur hijau berbiji tanpa dikupas = 2,279 ± 0,043 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang dikupas = 1,779 ± 0,019 mcg/g, anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,361 ± 0,026 mcg/g, anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,740 ± 0,025 mcg/g, anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,348 ± 0,008 mcg/g, anggur merah berbiji yang dikupas = 1,883 ± 0,078 mcg/g, anggur hijau berbiji yang dikupas = 2,504 ± 0,014 mcg/g.
Skripsi Farmasi Penggunaan Abu Kulit Buah Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) Dalam Formula Pewarna Rambut
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penggunaan Abu Kulit Buah Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) Dalam Formula Pewarna Rambut. Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) sebagai pewarna rambut. Formula pewarna rambut ini terdiri dari abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.), pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dengan berbagai perbandingan, yaitu abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dengan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45%, 50%; pirogalol dengan konsentrasi 1,2%; dan tembaga (II) sulfat 0,98%. Sebagai pelarut digunakan aquades.
Pewarnaan dilakukan dengan cara perendaman sampai 4 jam, setiap 1 kali perendaman lamanya 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dan waktu perendamannya. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat diformulasikan sebagai pewarna rambut. Penelitian menunjukkan bahwa hasil pewarnaan yang paling gelap diperoleh dari formula C, yaitu warna coklat. Pada uji stabilitas terhadap sinar matahari, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap, sedangkan uji stabilitas terhadap pencucian tidak terjadi perubahan warna setelah 15 kali pencucian dan formula tersebut tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.
Pewarnaan dilakukan dengan cara perendaman sampai 4 jam, setiap 1 kali perendaman lamanya 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dan waktu perendamannya. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat diformulasikan sebagai pewarna rambut. Penelitian menunjukkan bahwa hasil pewarnaan yang paling gelap diperoleh dari formula C, yaitu warna coklat. Pada uji stabilitas terhadap sinar matahari, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap, sedangkan uji stabilitas terhadap pencucian tidak terjadi perubahan warna setelah 15 kali pencucian dan formula tersebut tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.
Skripsi Farmasi Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia, dan Uji Toksisitas dari Ekstrak Umbi Keladi Tikus (tuber Typhonii) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia, dan Uji Toksisitas dari Ekstrak Umbi Keladi Tikus (tuber Typhonii) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Keladi tikus termasuk tumbuhan semak yang banyak digunakan untuk pengobatan tradisional. Tanaman keladi tikus adalah tumbuhan semak sejenis talas dengan tinggi 25 cm hingga 30 cm, menyukai tempat lembab yang tidak terkena sinar matahari langsung. Bentuk daunnya bulat dengan ujung runcing berbentuk jantung.
Berwarna hijau segar. Umbi berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Karakterisasi simplisia umbi keladi tikus dilakukan dengan pemeriksaan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Ekstrak umbi keladi tikus diperoleh secara perkolasi dengan menggunakan pelarut n-heksan, etilasetat dan etanol. Ekstrak umbi keladi tikus diuji terhadap Artemia salina Leach.
Data diolah menggunakan analisis regresi linear untuk memperoleh harga LC50. Pengamatan makroskopik terhadap simplisia umbi keladi tikus (tuber Typhonii) yaitu berwarna coklat muda, kecil-kecil dan berbau khas seperti bau tikus. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia menunjukkan adanya hilus, butir pati, dan Ca oksalat. Hasil karakteristik simplisia kadar air 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 5,44%, kadar sari larut dalam etanol 16,59%, kadar abu total 3,62%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,43%. Hasil uji aktivitas biologi terhadap ekstrak n-heksan adalah LC50 11,48 μg/ml, ekstrak etilasetat LC50 adalah 30,90 μg/ml, dan ekstrak etanol LC50 adalah 6,31 μg/ml. Semua ekstrak memiliki aktivitas biologi. Menurut Meyer at al., (1982), ekstrak dikatakan memiliki aktivitas biologi bila LC50 < 1000 μg/ml.
Berwarna hijau segar. Umbi berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Karakterisasi simplisia umbi keladi tikus dilakukan dengan pemeriksaan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Ekstrak umbi keladi tikus diperoleh secara perkolasi dengan menggunakan pelarut n-heksan, etilasetat dan etanol. Ekstrak umbi keladi tikus diuji terhadap Artemia salina Leach.
Data diolah menggunakan analisis regresi linear untuk memperoleh harga LC50. Pengamatan makroskopik terhadap simplisia umbi keladi tikus (tuber Typhonii) yaitu berwarna coklat muda, kecil-kecil dan berbau khas seperti bau tikus. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia menunjukkan adanya hilus, butir pati, dan Ca oksalat. Hasil karakteristik simplisia kadar air 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 5,44%, kadar sari larut dalam etanol 16,59%, kadar abu total 3,62%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,43%. Hasil uji aktivitas biologi terhadap ekstrak n-heksan adalah LC50 11,48 μg/ml, ekstrak etilasetat LC50 adalah 30,90 μg/ml, dan ekstrak etanol LC50 adalah 6,31 μg/ml. Semua ekstrak memiliki aktivitas biologi. Menurut Meyer at al., (1982), ekstrak dikatakan memiliki aktivitas biologi bila LC50 < 1000 μg/ml.
Skripsi Farmasi Pemeriksaan Formalin Pada Bakso Yang Dijual Di Sekolah Dasar Di Kota Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pemeriksaan Formalin Pada Bakso Yang Dijual Di Sekolah Dasar Di Kota Medan. Penggunaan formalin sudah dilarang dalam makanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168 tahun 1999, tetapi kenyataannya masih banyak makanan termasuk bakso yang mengandung formalin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa formalin yang terdapat pada bakso yang dijual di sekolah dasar di kota Medan.
Dua puluh satu sampel yang dianalisis diambil dari dua puluh satu Sekolah Dasar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan. Pemeriksaan kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi asam kromatropat menghasilkan perwarnaan violet. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Nash pada panjang gelombang 412 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh sampel positif mengandung formalin. Kadar yang diperoleh berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g, dimana kadar yang paling rendah terdapat di SD Negeri 060794 dan kadar yang paling tinggi terdapat di SD Swasta Mardi Lestari. Hasil perolehan kembali yang diperoleh adalah 114,05% dengan batas deteksi sebesar 0,05 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 0,19 mcg/ml.
Dua puluh satu sampel yang dianalisis diambil dari dua puluh satu Sekolah Dasar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan. Pemeriksaan kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi asam kromatropat menghasilkan perwarnaan violet. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Nash pada panjang gelombang 412 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh sampel positif mengandung formalin. Kadar yang diperoleh berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g, dimana kadar yang paling rendah terdapat di SD Negeri 060794 dan kadar yang paling tinggi terdapat di SD Swasta Mardi Lestari. Hasil perolehan kembali yang diperoleh adalah 114,05% dengan batas deteksi sebesar 0,05 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 0,19 mcg/ml.
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Akrilamida pada Keripik Singkong yang Berasal dari Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional di Kota Medan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Akrilamida pada Keripik Singkong yang Berasal dari Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional di Kota Medan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Akrilamida merupakan suatu senyawa toksik yang ditemukan dalam beragam jenis makanan yang kaya karbohidrat yang dimasak pada suhu yang tinggi dan waktu yang lama.
Salah satu jenis makanan ringan yang mengandung karbohidrat dan banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah keripik singkong. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar akrilamida dalam keripik singkong yang terdapat di kota Medan. Untuk mengkaji hal ini, maka dilakukan penelitian dengan mengambil beberapa sampel keripik singkong yang berasal dari pasar swalayan dan pasar tradisional untuk mewakili keripik singkong yang berada di kota Medan.
Kadar akrilamida dianalisa dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase balik menggunakan kolom Shim-Pack VP_ODS (4,6 x 250 nm), perbandingan fase gerak asetonitril dan asam fosfat 21,7 mM (5:95), laju alir 1 ml/menit dan detektor uv pada panjang gelombang 230 nm. Validasi metode menunjukkan bahwa prosedur penelitian yang dilakukan memiliki akurasi dan presisi yang baik yakni dengan persen perolehan kembali 115,78% (RSD = 1,41%). Sedangkan batas deteksi dan batas kuantitasi berturut-turut adalah 0,21 mcg/ml dan 0,69 mcg/ml. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa kadar akrilamida dalam keripik singkong yang berasal dari pasar tradisional yaitu sebesar 1900-5500 mcg/kg sampel dan jauh lebih besar dari kadar akrilamida dalam keripik singkong yang berasal dari pasar swalayan yaitu sebesar 850-1300 mcg/kg sampel.
Salah satu jenis makanan ringan yang mengandung karbohidrat dan banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah keripik singkong. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar akrilamida dalam keripik singkong yang terdapat di kota Medan. Untuk mengkaji hal ini, maka dilakukan penelitian dengan mengambil beberapa sampel keripik singkong yang berasal dari pasar swalayan dan pasar tradisional untuk mewakili keripik singkong yang berada di kota Medan.
Kadar akrilamida dianalisa dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase balik menggunakan kolom Shim-Pack VP_ODS (4,6 x 250 nm), perbandingan fase gerak asetonitril dan asam fosfat 21,7 mM (5:95), laju alir 1 ml/menit dan detektor uv pada panjang gelombang 230 nm. Validasi metode menunjukkan bahwa prosedur penelitian yang dilakukan memiliki akurasi dan presisi yang baik yakni dengan persen perolehan kembali 115,78% (RSD = 1,41%). Sedangkan batas deteksi dan batas kuantitasi berturut-turut adalah 0,21 mcg/ml dan 0,69 mcg/ml. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa kadar akrilamida dalam keripik singkong yang berasal dari pasar tradisional yaitu sebesar 1900-5500 mcg/kg sampel dan jauh lebih besar dari kadar akrilamida dalam keripik singkong yang berasal dari pasar swalayan yaitu sebesar 850-1300 mcg/kg sampel.
Skripsi Farmasi Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Dari Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinae bulbus)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Dari Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinae bulbus). Tumbuhan bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk pengobatan sembelit, disuria, radang usus, disentri, luka, bisul, peluruh muntah, penyakit kuning, kanker payudara, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan kolesterol, antimelanogenesis dan sebagai antioksidan. Salah satu kandungan kimia dari umbi bawang sabrang yaitu alkaloid.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekstraksi dan mengisolasi senyawa alkaloid dari umbi bawang sabrang dan melakukan karakterisasi isolat dengan spektrofotometer ultraviolet (UV) dan inframerah (IR). Serbuk simplisia dikarakterisasi dan diskrining fitokimia kemudian diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% yang dilanjutkan dengan prosedur pengocokan asam basa. Ekstrak alkaloid kasar dianalisa secara KLT dengan fase gerak kloroform-metanol-amonia, toluen-etilasetat, benzen-etilasetat dengan beberapa perbandingan, sebagai penampak bercak digunakan pereaksi Bouchardat. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan KLT preparatif menggunakan fase gerak toluen-etilasetat (9:1).
Kemudian isolat dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV dan IR. Hasil makroskopik umbi bawang sabrang segar adalah berbentuk bulat telur memanjang, berwarna merah, tidak berbau serta berasa pahit. Umbi lapis terdiri dari 5-6 lapisan, dan panjang umbi 4-5 cm dan diameter 1-3 cm. Hasil mikroskopik serbuk simplisia umbi bawang sabrang dijumpai adanya kristal Ca-oksalat, parenkim, xylem dengan penebalan dinding sel berupa tangga (skalariform) dan butir amilum. Hasil penetapan kadar air diperoleh 8, 98%, kadar sari yang larut dalam air 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol 9,63%, kadar abu total 4,32%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,84%. Hasil skrining fitokimia diperoleh senyawa golongan alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida, glikosida antrakinon, dan saponin. Hasil isolasi dari ekstrak alkaloid kasar diperoleh dua isolat murni yaitu isolat A (Rf 0,51) dan isolat B (Rf 0,57). Isolat A memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 270 nm, dan isolat B 271 nm. Hasil spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus C-H alifatis, CH2, C=O, C=C, C-N, C-O (isolat A) dan gugus C-H alifatis, CH2, CH3, C=C, C-N dan C-O (isolat B).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekstraksi dan mengisolasi senyawa alkaloid dari umbi bawang sabrang dan melakukan karakterisasi isolat dengan spektrofotometer ultraviolet (UV) dan inframerah (IR). Serbuk simplisia dikarakterisasi dan diskrining fitokimia kemudian diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% yang dilanjutkan dengan prosedur pengocokan asam basa. Ekstrak alkaloid kasar dianalisa secara KLT dengan fase gerak kloroform-metanol-amonia, toluen-etilasetat, benzen-etilasetat dengan beberapa perbandingan, sebagai penampak bercak digunakan pereaksi Bouchardat. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan KLT preparatif menggunakan fase gerak toluen-etilasetat (9:1).
Kemudian isolat dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV dan IR. Hasil makroskopik umbi bawang sabrang segar adalah berbentuk bulat telur memanjang, berwarna merah, tidak berbau serta berasa pahit. Umbi lapis terdiri dari 5-6 lapisan, dan panjang umbi 4-5 cm dan diameter 1-3 cm. Hasil mikroskopik serbuk simplisia umbi bawang sabrang dijumpai adanya kristal Ca-oksalat, parenkim, xylem dengan penebalan dinding sel berupa tangga (skalariform) dan butir amilum. Hasil penetapan kadar air diperoleh 8, 98%, kadar sari yang larut dalam air 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol 9,63%, kadar abu total 4,32%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,84%. Hasil skrining fitokimia diperoleh senyawa golongan alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida, glikosida antrakinon, dan saponin. Hasil isolasi dari ekstrak alkaloid kasar diperoleh dua isolat murni yaitu isolat A (Rf 0,51) dan isolat B (Rf 0,57). Isolat A memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 270 nm, dan isolat B 271 nm. Hasil spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus C-H alifatis, CH2, C=O, C=C, C-N, C-O (isolat A) dan gugus C-H alifatis, CH2, CH3, C=C, C-N dan C-O (isolat B).
Skripsi Farmasi Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Buah Tanaman Sawo (Achras zapota L.) Terhadap Mencit Jantan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Buah Tanaman Sawo (Achras zapota L.) Terhadap Mencit Jantan. Tanaman sawo (Achras zapota L.) merupakan tumbuhan tropis yang cukup luas penyebarannya di Indonesia. Getah dari buah atau buah sawo yang masih muda sering digunakan masyarakat untuk mengatasi diare. Khasiatnya sebagai antidiare ini diduga karena adanya kandungan tanin dalam jumlah yang cukup besar pada buah sawo yang masih muda.
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia terhadap kadar air, kadar abu total, kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar sari yang larut dalam air. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, steroid/triterpenoid dan tanin pada buah sawo muda. Pengujian efek antidiare ekstrak etanol buah sawo terhadap mencit jantan dilakukan dengan metode induksi minyak jarak.
Ekstrak etanol buah sawo diberikan secara oral dengan dosis 1 g, 2 g, dan 2,5 g/ kg BB. Pengamatan meliputi jumlah mencit diare, konsistensi feses, frekuensi defekasi, bobot feses, serta jangka waktu terjadinya diare. Respon yang terjadi pada tiap mencit diamati selama 6 jam selang waktu 30 menit. Pemeriksaan simplisia buah sawo menghasilkan kadar air 15,33%, kadar abu total 1,89%, kadar abu yang tidak larut asam 0,95%, kadar sari yang larut dalam etanol 37,45%, kadar sari yang larut dalam air 38,01%. Hasil skrining fitokimia simplisia buah sawo menunjukkan adanya flavonoid, glikosida, dan tanin. Hasil pengujian efek antidiare ekstrak etanol buah sawo pada dosis 2,5 g/kg BB sebanding dengan Loperamid HCl 2 mg/kg BB.
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia terhadap kadar air, kadar abu total, kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar sari yang larut dalam air. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, steroid/triterpenoid dan tanin pada buah sawo muda. Pengujian efek antidiare ekstrak etanol buah sawo terhadap mencit jantan dilakukan dengan metode induksi minyak jarak.
Ekstrak etanol buah sawo diberikan secara oral dengan dosis 1 g, 2 g, dan 2,5 g/ kg BB. Pengamatan meliputi jumlah mencit diare, konsistensi feses, frekuensi defekasi, bobot feses, serta jangka waktu terjadinya diare. Respon yang terjadi pada tiap mencit diamati selama 6 jam selang waktu 30 menit. Pemeriksaan simplisia buah sawo menghasilkan kadar air 15,33%, kadar abu total 1,89%, kadar abu yang tidak larut asam 0,95%, kadar sari yang larut dalam etanol 37,45%, kadar sari yang larut dalam air 38,01%. Hasil skrining fitokimia simplisia buah sawo menunjukkan adanya flavonoid, glikosida, dan tanin. Hasil pengujian efek antidiare ekstrak etanol buah sawo pada dosis 2,5 g/kg BB sebanding dengan Loperamid HCl 2 mg/kg BB.
Skripsi Farmasi Analisis Cemaran Timbal, Kadmium Dan Seng Dalam Sawi (Brassica chinensis L.) Yang Ditanam Di Sekitar Kawasan Industri Medan-Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Analisis Cemaran Timbal, Kadmium Dan Seng Dalam Sawi (Brassica chinensis L.) Yang Ditanam Di Sekitar Kawasan Industri Medan-Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Sawi merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Sayuran ini banyak mengandung vitamin dan mineral. Tanaman khususnya sayuran, merupakan mediator penyerapan logam. Sayuran yang ditanam di sekitar industri baja akan tercemar logam timbal, kadmium dan seng.
Penetapan kadar untuk logam kadmium dan seng dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom nyala asetilen-udara sedangkan logam timbal dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom cara graphite furnace. Analisis kualitatif timbal, kadmium dan seng dilakukan dengan pereaksi dithizon 0,005% b/v dalam suasana pH yang berbeda-beda. Uji memberikan hasil yang positif untuk timbal, kadmium dan seng pada kedua sampel. Analisis kuantitatif timbal, kadmium dan seng dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom masing-masing pada panjang gelombang 217,0 nm; 228,8 nm dan 213,9 nm.
Hasil pada sawi segar menunjukkan kadar rata-rata timbal adalah 0,1155 ± 0,0045 mg/kg, kadar rata-rata kadmium adalah 0,2100 ± 0,0053 mg/kg dan kadar rata-rata seng adalah 2,8039 ± 0,0551 mg/kg. Sedangkan pada sawi rebus menunjukkan kadar rata-rata timbal adalah 0,0959 ± 0,0021 mg/kg, kadar rata-rata kadmium adalah 0,1383 ± 0,0070 mg/kg dan kadar rata-rata seng adalah 2,1105 ± 0,0837 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sawi telah tercemar logam timbal, kadmium dan seng, dan sawi segar untuk logam kadmium yaitu 0,2100 ± 0,0053 mg/kg telah melewati ambang batas dari yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 0,2000 mg/kg, sedangkan perebusan menurunkan kadar ketiga logam tersebut.
Penetapan kadar untuk logam kadmium dan seng dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom nyala asetilen-udara sedangkan logam timbal dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom cara graphite furnace. Analisis kualitatif timbal, kadmium dan seng dilakukan dengan pereaksi dithizon 0,005% b/v dalam suasana pH yang berbeda-beda. Uji memberikan hasil yang positif untuk timbal, kadmium dan seng pada kedua sampel. Analisis kuantitatif timbal, kadmium dan seng dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom masing-masing pada panjang gelombang 217,0 nm; 228,8 nm dan 213,9 nm.
Hasil pada sawi segar menunjukkan kadar rata-rata timbal adalah 0,1155 ± 0,0045 mg/kg, kadar rata-rata kadmium adalah 0,2100 ± 0,0053 mg/kg dan kadar rata-rata seng adalah 2,8039 ± 0,0551 mg/kg. Sedangkan pada sawi rebus menunjukkan kadar rata-rata timbal adalah 0,0959 ± 0,0021 mg/kg, kadar rata-rata kadmium adalah 0,1383 ± 0,0070 mg/kg dan kadar rata-rata seng adalah 2,1105 ± 0,0837 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sawi telah tercemar logam timbal, kadmium dan seng, dan sawi segar untuk logam kadmium yaitu 0,2100 ± 0,0053 mg/kg telah melewati ambang batas dari yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 0,2000 mg/kg, sedangkan perebusan menurunkan kadar ketiga logam tersebut.
Skripsi Farmasi Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro. Telah dilakukan penelitian mikrobiologi terhadap uji aktivitas antibakteri dari fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit kulit dari daun kecapi terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa dan Citrobacter diversus. Fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol diperoleh dengan metode maserasi menggunakan n-heksana lalu etilasetat dan terakhir dengan etanol 96%.
Uji aktivitas secara in-vitro dilakukan dalam berbagai konsentrasi dengan metode difusi agar dengan pencetak lubang (Punch hole) menggunakan media Mueller Hinton Agar. Sebagai ukuran aktivitas diukur daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa pengujian dengan menggunakan fraksi n-heksana daun kecapi tidak memberikan batas daerah hambat yang efektif terhadap keempat bakteri, dilanjutkan dengan menggunakan fraksi etilasetat daun kecapi memberikan batas daerah hambat yang efektif terhadap ketiga bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans dan Citrobacter diversus dengan konsentrasi berbeda sedang untuk Pseudomonas aeruginosa tidak memberikan batas daerah hambat yang efektif. Terakhir dengan menggunakan fraksi etanol memberikan batas daerah hambat yang efektif terhadap keempat bakteri dengan konsentrasi yang berbeda. Dari hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi etanol yang paling efektif terhadap keempat bakteri yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus).
Uji aktivitas secara in-vitro dilakukan dalam berbagai konsentrasi dengan metode difusi agar dengan pencetak lubang (Punch hole) menggunakan media Mueller Hinton Agar. Sebagai ukuran aktivitas diukur daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa pengujian dengan menggunakan fraksi n-heksana daun kecapi tidak memberikan batas daerah hambat yang efektif terhadap keempat bakteri, dilanjutkan dengan menggunakan fraksi etilasetat daun kecapi memberikan batas daerah hambat yang efektif terhadap ketiga bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans dan Citrobacter diversus dengan konsentrasi berbeda sedang untuk Pseudomonas aeruginosa tidak memberikan batas daerah hambat yang efektif. Terakhir dengan menggunakan fraksi etanol memberikan batas daerah hambat yang efektif terhadap keempat bakteri dengan konsentrasi yang berbeda. Dari hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi etanol yang paling efektif terhadap keempat bakteri yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus).
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Multikomponen dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Multikomponen dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet. TBC merupakan penyakit infeksi yang paling mematikan dan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Jumlah penderita TBC di Indonesia sebanyak 583.000 orang, Cina 2 juta dan India 1,5 juta.
Tablet kombinasi rifampisin dan isoniazid merupakan salah satu sediaan obat yang sering digunakan dalam pengobatan TBC. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan kadar rifampisin dan isoniazid dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran secara spektrofotometri ultraviolet. Penetapan kadar rifampisin dan isoniazid dalam sediaan tablet dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet secara multikomponen menggunakan pelarut asam klorida 0,1 N pada panjang gelombang 230 nm dan 266 nm.
Diukur validitasnya berdasarkan parameter akurasi (metode penambahan baku) dan presisi. Rifampisin dan isoniazid baku (PT. Indofarma) sebelum digunakan terlebih dahulu diidentifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa baku yang ditentukan adalah rifampisin dan isoniazid. Dari hasil penelitian diperoleh kadar rifampisin yaitu campuran baku (PT. Indofarma) 100,73% ± 0,07%, tablet generik (PT. Indofarma) 100,19% ± 0,21%, tablet Rimactazid® (PT. Sandoz) 101,13% ± 0,23%, sedangkan kadar isoniazid yaitu campuran baku (PT. Indofarma) 99,48% ± 0,07%, tablet generik (PT. Indofarma) 100,63% ± 0,25%, tablet Rimactazid® (PT. Sandoz) 98,96% ± 0,30%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar rifampisin dan isoniazid dalam sediaan tablet yang diteliti memenuhi persyaratan tablet menurut The United States Pharmacopeia 30 yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Tablet kombinasi rifampisin dan isoniazid merupakan salah satu sediaan obat yang sering digunakan dalam pengobatan TBC. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan kadar rifampisin dan isoniazid dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran secara spektrofotometri ultraviolet. Penetapan kadar rifampisin dan isoniazid dalam sediaan tablet dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet secara multikomponen menggunakan pelarut asam klorida 0,1 N pada panjang gelombang 230 nm dan 266 nm.
Diukur validitasnya berdasarkan parameter akurasi (metode penambahan baku) dan presisi. Rifampisin dan isoniazid baku (PT. Indofarma) sebelum digunakan terlebih dahulu diidentifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa baku yang ditentukan adalah rifampisin dan isoniazid. Dari hasil penelitian diperoleh kadar rifampisin yaitu campuran baku (PT. Indofarma) 100,73% ± 0,07%, tablet generik (PT. Indofarma) 100,19% ± 0,21%, tablet Rimactazid® (PT. Sandoz) 101,13% ± 0,23%, sedangkan kadar isoniazid yaitu campuran baku (PT. Indofarma) 99,48% ± 0,07%, tablet generik (PT. Indofarma) 100,63% ± 0,25%, tablet Rimactazid® (PT. Sandoz) 98,96% ± 0,30%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar rifampisin dan isoniazid dalam sediaan tablet yang diteliti memenuhi persyaratan tablet menurut The United States Pharmacopeia 30 yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Skripsi Farmasi Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma Plant Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma Plant Medan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Industri farmasi yang ada di Indonesia juga memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan kesehatan, terutama dalam hal penyediaan obat-obatan. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian. Kemampuan seorang apoteker dalam mengelola industri farmasi merupakan faktor yang sangat penting untuk keberhasilan industri.
Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker berperan sebagai penaggung jawab produksi dan pengendali mutu. Untuk menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi Praktek kerja profesi di industri farmasi merupakan salah satu bagian dari Latihan Kerja Profesi pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU.
Dalam pelaksanaan Latihan Kerja Profesi di Industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma (Pesero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di Jalan Medan-Tanjung Morawa Km 9 sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.
Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker berperan sebagai penaggung jawab produksi dan pengendali mutu. Untuk menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi Praktek kerja profesi di industri farmasi merupakan salah satu bagian dari Latihan Kerja Profesi pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU.
Dalam pelaksanaan Latihan Kerja Profesi di Industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma (Pesero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di Jalan Medan-Tanjung Morawa Km 9 sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan. Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi rumah sakit di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan. PKP ini bertujuan untuk memberikan pembekalan, keahlian dan keterampilan kepada calon apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi di rumah sakit dan melihat secara langsung peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei s/d 21 Juni 2010 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKP di rumah sakit meliputi: mengetahui fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengetahui peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit, melihat peran apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke depo-depo farmasi dan apotek untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, melakukan visite ke Ruang Inap Terpadu (Rindu) B-2 untuk melihat rasionalitas penggunaan obat di ruangan tersebut, dan melaksanakan Pelayanan Informasi Obat kepada pasien rawat jalan dan melihat pencampuran obat kemoterapi secara aseptis. Selain itu juga melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP. H. Adam Malik Medan dalam rangka penurunan angka infeksi nosokomial dan melihat sistem distribusi gas medis mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian untuk pasien yang membutuhkan di RSUP H. Adam Malik Medan.
Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei s/d 21 Juni 2010 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKP di rumah sakit meliputi: mengetahui fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengetahui peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit, melihat peran apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke depo-depo farmasi dan apotek untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, melakukan visite ke Ruang Inap Terpadu (Rindu) B-2 untuk melihat rasionalitas penggunaan obat di ruangan tersebut, dan melaksanakan Pelayanan Informasi Obat kepada pasien rawat jalan dan melihat pencampuran obat kemoterapi secara aseptis. Selain itu juga melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP. H. Adam Malik Medan dalam rangka penurunan angka infeksi nosokomial dan melihat sistem distribusi gas medis mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian untuk pasien yang membutuhkan di RSUP H. Adam Malik Medan.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. PKP ini dilaksanakan agar calon apoteker memperoleh perbekalan, keterampilan dan keahlian dalam mengelola perbekalan farmasi dirumah sakit dan melihat secara langsung peran serta apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
PKP ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari – 4 Maret 2009. Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi : mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit, mempelajari sistem pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit (pelayanan rawat inap, rawat jalan, Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan lain-lain), perlengkapan perbekalan farmasi (pengadaan, penyimpanan, produksi), pengelolaan keuangan dan administrasi serta melakukan pelayanan farmasi klinis seperti Pemberian Informasi Obat (PIO) di unit rawat jalan dan rawat inap, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) mengenai cara penggunaan obat yang baik, monitoring efek samping obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam berobat. Selain itu juga melakukan pengkajian rasionalisasi penggunaan obat dengan indikasi penyakit melalui studi kasus. Melakukan peninjauan ke Central Sterilized Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di rumah sakit.
PKP ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari – 4 Maret 2009. Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi : mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit, mempelajari sistem pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit (pelayanan rawat inap, rawat jalan, Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan lain-lain), perlengkapan perbekalan farmasi (pengadaan, penyimpanan, produksi), pengelolaan keuangan dan administrasi serta melakukan pelayanan farmasi klinis seperti Pemberian Informasi Obat (PIO) di unit rawat jalan dan rawat inap, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) mengenai cara penggunaan obat yang baik, monitoring efek samping obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam berobat. Selain itu juga melakukan pengkajian rasionalisasi penggunaan obat dengan indikasi penyakit melalui studi kasus. Melakukan peninjauan ke Central Sterilized Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di rumah sakit.
Skripsi Farmasi Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma Plant Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma Plant Medan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Industri farmasi yang ada di Indonesia juga memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan kesehatan, terutama dalam hal penyediaan obat-obatan. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian. Kemampuan seorang apoteker dalam mengelola industri farmasi merupakan faktor yang sangat penting untuk keberhasilan industri.
Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker berperan sebagai penaggung jawab produksi dan pengendali mutu. Untuk menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi Praktek kerja profesi di industri farmasi merupakan salah satu bagian dari Latihan Kerja Profesi pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU. Dalam pelaksanaan Latihan Kerja Profesi di Industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma (Pesero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di Jalan Medan-Tanjung Morawa Km 9 sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.
Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker berperan sebagai penaggung jawab produksi dan pengendali mutu. Untuk menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi Praktek kerja profesi di industri farmasi merupakan salah satu bagian dari Latihan Kerja Profesi pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU. Dalam pelaksanaan Latihan Kerja Profesi di Industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma (Pesero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di Jalan Medan-Tanjung Morawa Km 9 sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Drs. Roostyan Effendie, Apt
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Drs. Roostyan Effendie, Apt. Perubahan konsep pelayanan kesehatan dari mengatasi faktor penyebab penyakit menjadi konsep peningkatan derajat hidup masyarakat, mendorong farmasis untuk mengubah konsep dari product oriented menjadi patient oriented.
Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal harus didukung oleh seluruh aspek pelayanan kesehatan baik tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembekalan farmasi, pembiayaan kesehatan, pengolahan, penelitian dan pengembangan kesehatan. Dalam hal ini obat memegang peranan penting, karena itu harus diperhatikan dengan seksama mulai dari aktivitas di industri farmasi yang memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan berkualitas tinggi, berkhasiat, aman dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan terjangkau secara ekonomi.
Ketergantungan suatu negara terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan militer sangat berisiko tinggi, terutama karena tersedianya obat-obatan yang didatangkan dari pihak lain. Hal ini semakin tidak menguntungkan bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena tingkat mobilitas dan tuntutan kesigapan yang tinggi dalam menghadapi segala macam kemungkinan yang dapat memperbesar tingkat kebutuhan terhadap obat-obatan. Kemandirian dibidang kesehatan militer merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam suatu negara.
Kualitas kesehatan prajurit dapat dipertahankan pada tingkat kemampuan tertentu untuk menambah kemampuan pertahanan dan perlawanan suatu negara dalam menjaga kedaulatan yang lebih baik. Manfaat lain dari kemandirian kesehatan sektor militer yaitu semakin meningkatnya kemampuan teknologi kesehatan khususnya dibidang produksi obat-obatan.
Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal harus didukung oleh seluruh aspek pelayanan kesehatan baik tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembekalan farmasi, pembiayaan kesehatan, pengolahan, penelitian dan pengembangan kesehatan. Dalam hal ini obat memegang peranan penting, karena itu harus diperhatikan dengan seksama mulai dari aktivitas di industri farmasi yang memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan berkualitas tinggi, berkhasiat, aman dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan terjangkau secara ekonomi.
Ketergantungan suatu negara terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan militer sangat berisiko tinggi, terutama karena tersedianya obat-obatan yang didatangkan dari pihak lain. Hal ini semakin tidak menguntungkan bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena tingkat mobilitas dan tuntutan kesigapan yang tinggi dalam menghadapi segala macam kemungkinan yang dapat memperbesar tingkat kebutuhan terhadap obat-obatan. Kemandirian dibidang kesehatan militer merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam suatu negara.
Kualitas kesehatan prajurit dapat dipertahankan pada tingkat kemampuan tertentu untuk menambah kemampuan pertahanan dan perlawanan suatu negara dalam menjaga kedaulatan yang lebih baik. Manfaat lain dari kemandirian kesehatan sektor militer yaitu semakin meningkatnya kemampuan teknologi kesehatan khususnya dibidang produksi obat-obatan.
Skripsi Farmasi Pemeriksaan Zat Warna Rhodamin B Pada Kosmetik Jenis Pemerah Pipi Yang Dijual Di Pusat Pasar Kota Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pemeriksaan Zat Warna Rhodamin B Pada Kosmetik Jenis Pemerah Pipi Yang Dijual Di Pusat Pasar Kota Medan. Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Rhodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna hijau, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi) . Berdasarkan PERMENKES RI No.376/MENKES/PER/VIII/1990 dan PERMENKES RI No. 445/MENKES/PER/V/1998 tentang zat tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya termasuk rhodamin B yang tidak boleh dipergunakan untuk pemakaian kosmetik jenis lipstik, eye shadow, dan rouge.
Sehubungan dengan hasil temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Jakarta pada tahun 2008, telah ditemukan 27 merk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya diantaranya adalah zat warna rhodamin B yang digunakan sebagai salah satu pewarna termasuk juga pemerah pipi (rouge).
Berdasarkan hasil temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Jakarta tersebut, maka penulis melakukan pemeriksaan zat warna rhodamin B pada sediaan pemerah pipi. Pemeriksaan kualitatif rhodamin B dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase gerak n-butanol:amonia:etil asetat (55:25:20) yang memberikan hasil positif jika menghasilkan noda berwarna merah muda bila dilihat secara visual dan memberikan fluoresensi kuning bila dilihat di bawah lampu UV 254 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pemeriksaan kualitatif enam belas sampel yang dianalisis yaitu Wardah (sampel kode A), Avon (sampel kode B), Cherveen (sampel kode C), Sutsyu (sampel kode D), Chanel (sampel kode E), MAC (sampel kode F), aubeau (sampel kode G), Louvre 1 (sampel kode H), Cosmic (sampel kode I), Sutsyu 2 in 1 (sampel kode J), Silvie Lowrens (sampel kode K), Louvre 2 (sampel kode L), Siellas (sampel kode M), Implora 1 (sampel kode N), Implora 2 (sampel kode O), Aich (sampel kode P), tidak ada yang mengandung Rhodamin B, yang berarti pemerah pipi yang di jual di sekitar Kota Medan sudah aman dari rhodamin B.
Rhodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna hijau, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi) . Berdasarkan PERMENKES RI No.376/MENKES/PER/VIII/1990 dan PERMENKES RI No. 445/MENKES/PER/V/1998 tentang zat tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya termasuk rhodamin B yang tidak boleh dipergunakan untuk pemakaian kosmetik jenis lipstik, eye shadow, dan rouge.
Sehubungan dengan hasil temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Jakarta pada tahun 2008, telah ditemukan 27 merk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya diantaranya adalah zat warna rhodamin B yang digunakan sebagai salah satu pewarna termasuk juga pemerah pipi (rouge).
Berdasarkan hasil temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Jakarta tersebut, maka penulis melakukan pemeriksaan zat warna rhodamin B pada sediaan pemerah pipi. Pemeriksaan kualitatif rhodamin B dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase gerak n-butanol:amonia:etil asetat (55:25:20) yang memberikan hasil positif jika menghasilkan noda berwarna merah muda bila dilihat secara visual dan memberikan fluoresensi kuning bila dilihat di bawah lampu UV 254 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pemeriksaan kualitatif enam belas sampel yang dianalisis yaitu Wardah (sampel kode A), Avon (sampel kode B), Cherveen (sampel kode C), Sutsyu (sampel kode D), Chanel (sampel kode E), MAC (sampel kode F), aubeau (sampel kode G), Louvre 1 (sampel kode H), Cosmic (sampel kode I), Sutsyu 2 in 1 (sampel kode J), Silvie Lowrens (sampel kode K), Louvre 2 (sampel kode L), Siellas (sampel kode M), Implora 1 (sampel kode N), Implora 2 (sampel kode O), Aich (sampel kode P), tidak ada yang mengandung Rhodamin B, yang berarti pemerah pipi yang di jual di sekitar Kota Medan sudah aman dari rhodamin B.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFI DITKESAD) Bandung
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFI DITKESAD) Bandung. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang memproduksi suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
Obat jadi ini dapat berupa sediaan yang siap digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pengadaan, pengendalian mutu sediaan farmasi, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan obat.
Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, setiap industri farmasi harus menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Pada saat ini industri farmasi di Indonesia telah menghasilkan berbagai produk obat yang jumlahnya semakin meningkat dan tersebar luas, sehingga diharapkan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Industri farmasi bertanggung jawab sepenuhnya dalam menjamin tersedianya produk obat yang memenuhi standar mutu.
Oleh karena itu, industri farmasi harus dapat menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam memproduksi obat sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang CPOB, yang kemudian direvisi dengan keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No:HK.00.05.3.02152 tahun 2001 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Pedoman CPOB hendaklah diperbaiki secara berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi dibidang farmasi terutama pemenuhan terhadap persyaratan dan standar produk farmasi global terkini. Oleh karena itu, pedoman CPOB edisi 2001 direvisi kembali menjadi pedoman CPOB yang dinamis edisi tahun 2006, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.06.0511, tanggal 24 januari 2006.
Obat jadi ini dapat berupa sediaan yang siap digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pengadaan, pengendalian mutu sediaan farmasi, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan obat.
Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, setiap industri farmasi harus menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Pada saat ini industri farmasi di Indonesia telah menghasilkan berbagai produk obat yang jumlahnya semakin meningkat dan tersebar luas, sehingga diharapkan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Industri farmasi bertanggung jawab sepenuhnya dalam menjamin tersedianya produk obat yang memenuhi standar mutu.
Oleh karena itu, industri farmasi harus dapat menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam memproduksi obat sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang CPOB, yang kemudian direvisi dengan keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No:HK.00.05.3.02152 tahun 2001 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Pedoman CPOB hendaklah diperbaiki secara berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi dibidang farmasi terutama pemenuhan terhadap persyaratan dan standar produk farmasi global terkini. Oleh karena itu, pedoman CPOB edisi 2001 direvisi kembali menjadi pedoman CPOB yang dinamis edisi tahun 2006, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.06.0511, tanggal 24 januari 2006.
Skripsi Farmasi Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid Dari Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinae bulbus)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid Dari Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinae bulbus). Umbi dari bawang sabrang (Eleutherinae bulbus) dapat berkhasiat menyembuhkan kanker usus, kanker payudara, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, stroke, penyakit weil, radang usus, disentri, sembelit, luka, bisul, menurunkan kolesterol, diuretik dan antimelanogenesis. Salah satu kandungan kimia umbi tumbuhan ini adalah triterpenoid.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengisolasi triterpenoid dari umbi bawang sabrang dan melakukan karakterisasi terhadap isolat dengan spektrofotometer ultraviolet dan inframerah. Terhadap serbuk simplisia dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia dan skrining fitokimia, selanjutnya serbuk diekstraksi secara maserasi dengan etanol 80%, kemudian difraksinasi dengan pelarut n-heksan-air (2:1) v/v. Fraksi n-heksan dianalisa secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan berbagai perbandingan fase gerak, yaitu n-heksan : etilasetat (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5) dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Fraksi n-heksan dipisahkan secara kromatografi kolom menggunakan fase gerak n-heksan-etilasetat (7:3), dilanjutkan dengan KLT preparatif menggunakan fase gerak yang sama. Kemudian isolat dikarakterisasi dengan spektrofotometer ultraviolet dan inframerah.
Hasil makroskopik umbi bawang sabrang adalah berbentuk bulat telur memanjang, berwarna merah, tidak berbau, berasa pahit dan simplisia yang kering berwarna merah pucat dan sangat rapuh. Hasil mikroskopik terhadap serbuk simplisia menunjukkan adanya kristal Ca-oksalat, parenkim, xilem dengan penebalan tangga dan butir amilum. Kadar air serbuk simplisia sebesar 8,98%, kadar sari yang larut dalam air 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol 9,54%, kadar abu total 4,41% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,84%.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid/steroid dan antrakinon glikosida. Hasil kromatografi kolom diperoleh isolat golongan triterpenoid pada F5 dan F7 yang memberikan harga Rf 0,475 (ungu merah) dan 0,213 (ungu). Hasil spektrofotometri ultraviolet dan inframerah isolat F5 diperoleh panjang gelombang maksimum (λ) 393 nm dan adanya gugus C=O, C=C aromatik, C-H aromatik, C=C alkena, C-O, C-H alifatis, C-H metilen dan C-H metil. Hasil spektrofotometri ultraviolet dan inframerah isolat F7 diperoleh panjang gelombang maksimum (λ) 333 nm adanya gugus C=O, C=C aromatik,C-H aromatik, C-O, C-H alifatis, C-H aldehid, C-H metilen dan C-H metil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengisolasi triterpenoid dari umbi bawang sabrang dan melakukan karakterisasi terhadap isolat dengan spektrofotometer ultraviolet dan inframerah. Terhadap serbuk simplisia dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia dan skrining fitokimia, selanjutnya serbuk diekstraksi secara maserasi dengan etanol 80%, kemudian difraksinasi dengan pelarut n-heksan-air (2:1) v/v. Fraksi n-heksan dianalisa secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan berbagai perbandingan fase gerak, yaitu n-heksan : etilasetat (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5) dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Fraksi n-heksan dipisahkan secara kromatografi kolom menggunakan fase gerak n-heksan-etilasetat (7:3), dilanjutkan dengan KLT preparatif menggunakan fase gerak yang sama. Kemudian isolat dikarakterisasi dengan spektrofotometer ultraviolet dan inframerah.
Hasil makroskopik umbi bawang sabrang adalah berbentuk bulat telur memanjang, berwarna merah, tidak berbau, berasa pahit dan simplisia yang kering berwarna merah pucat dan sangat rapuh. Hasil mikroskopik terhadap serbuk simplisia menunjukkan adanya kristal Ca-oksalat, parenkim, xilem dengan penebalan tangga dan butir amilum. Kadar air serbuk simplisia sebesar 8,98%, kadar sari yang larut dalam air 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol 9,54%, kadar abu total 4,41% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,84%.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid/steroid dan antrakinon glikosida. Hasil kromatografi kolom diperoleh isolat golongan triterpenoid pada F5 dan F7 yang memberikan harga Rf 0,475 (ungu merah) dan 0,213 (ungu). Hasil spektrofotometri ultraviolet dan inframerah isolat F5 diperoleh panjang gelombang maksimum (λ) 393 nm dan adanya gugus C=O, C=C aromatik, C-H aromatik, C=C alkena, C-O, C-H alifatis, C-H metilen dan C-H metil. Hasil spektrofotometri ultraviolet dan inframerah isolat F7 diperoleh panjang gelombang maksimum (λ) 333 nm adanya gugus C=O, C=C aromatik,C-H aromatik, C-O, C-H alifatis, C-H aldehid, C-H metilen dan C-H metil.
Skripsi Farmasi Pembuatan Kapsul Alginat Yang Mengandung Titanium Dioksida Dan Pengujian Sifat-Sifat Fisiknya
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pembuatan Kapsul Alginat Yang Mengandung Titanium Dioksida Dan Pengujian Sifat-Sifat Fisiknya. Telah dibuat cangkang kapsul alginat dengan bahan tambahan pigmen titanium dioksida. Cangkang kapsul dibuat dengan mencelupkan lapisan tipis larutan alginat yang mengandung titanium dioksida yang terdapat pada suatu batang silindris ke dalam larutan kalsium klorida 1 M selama 30 menit.
Kemudian kapsul yang diperoleh dikeringkan. Penelitian pada sifat-sifat fisik cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 meliputi kadar uap air, kerapuhan, disintegrasi, permeabilitas uap air, pengaruh kelembaban dan kandungan uap air terhadap kerapuhan kapsul. Untuk menguji pengaruh penyimpanan terhadap sifat-sifat fisik cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2, cangkang kapsul disimpan selama tiga bulan pada suhu kamar (27,90C, RH 70,7%) dan pada suhu 400C, RH 75%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 memiliki kadar uap air sebesar 22,09% dan tidak ada cangkang kapsul yang rapuh. Pengujian permeabilitas uap air menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara cangkang kapsul alginat (15,35 mg/jam.cm2) dan cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 (15,35 mg/jam.cm2). Cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 tidak hancur dalam HCl 0,1 N tapi hancur dalam buffer fosfat pH 6,8 kurang dari satu jam Cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 menjadi rapuh jika kadar uap air < 17,19% dan RH < 60% tetapi lembab jika kadar uap air > 22,09% dan RH > 75%.
Setelah tiga bulan penyimpanan pada suhu kamar warna cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 tidak berubah, tetapi pada suhu 400C, RH 75% warna cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 berubah menjadi putih kekuningan. Kadar uap air, disintegrasi, uji kerapuhan pada kedua kondisi penyimpanan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan kondisi awal. Kesimpulannya, cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 sebaiknya memiliki kadar uap air 17-22% dan disimpan pada RH 60-75%. Titanium dioksida yang ditambahkan kedalam kapsul alginat mampu menutupi pencoklatan selama penyimpanan pada suhu kamar dan mengurangi pencoklatan pada penyimpanan suhu 400C, RH 75%.
Kemudian kapsul yang diperoleh dikeringkan. Penelitian pada sifat-sifat fisik cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 meliputi kadar uap air, kerapuhan, disintegrasi, permeabilitas uap air, pengaruh kelembaban dan kandungan uap air terhadap kerapuhan kapsul. Untuk menguji pengaruh penyimpanan terhadap sifat-sifat fisik cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2, cangkang kapsul disimpan selama tiga bulan pada suhu kamar (27,90C, RH 70,7%) dan pada suhu 400C, RH 75%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 memiliki kadar uap air sebesar 22,09% dan tidak ada cangkang kapsul yang rapuh. Pengujian permeabilitas uap air menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara cangkang kapsul alginat (15,35 mg/jam.cm2) dan cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 (15,35 mg/jam.cm2). Cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 tidak hancur dalam HCl 0,1 N tapi hancur dalam buffer fosfat pH 6,8 kurang dari satu jam Cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 menjadi rapuh jika kadar uap air < 17,19% dan RH < 60% tetapi lembab jika kadar uap air > 22,09% dan RH > 75%.
Setelah tiga bulan penyimpanan pada suhu kamar warna cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 tidak berubah, tetapi pada suhu 400C, RH 75% warna cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 berubah menjadi putih kekuningan. Kadar uap air, disintegrasi, uji kerapuhan pada kedua kondisi penyimpanan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan kondisi awal. Kesimpulannya, cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 sebaiknya memiliki kadar uap air 17-22% dan disimpan pada RH 60-75%. Titanium dioksida yang ditambahkan kedalam kapsul alginat mampu menutupi pencoklatan selama penyimpanan pada suhu kamar dan mengurangi pencoklatan pada penyimpanan suhu 400C, RH 75%.
Skripsi Farmasi Daya Serap Pektin dari Kulit Buah Durian (Durio zibethinus) Terhadap Logam Tembaga Dan Seng
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Daya Serap Pektin dari Kulit Buah Durian (Durio zibethinus) Terhadap Logam Tembaga Dan Seng. Kulit durian merupakan limbah yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis, namun kulit durian mengandung pektin yang memiliki daya serap terhadap logam berat seperti tembaga dan seng.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya serap pektin kulit buah durian terhadap logam tembaga dan seng. Kulit durian yang digunakan merupakan limbah dari penjual buah durian di Jl. Iskandar Muda Medan dan diekstraksi dengan pemanasan selama 4 jam pada suhu 90°C dengan penambahan asam klorida hingga pH 2 dan diendapkan dengan menggunakan etanol asam.
Pektin yang diperoleh dilakukan pengujian terhadap kemampuan penyerapan logam berat tembaga dan seng yang diukur menggunakan spektrofotometri serapan atom. Dari hasil penelitian diperoleh kandungan pektin dalam kulit buah durian sebesar 2,56% dan menunjukan daya serap 1% pektin terhadap logam tembaga dan logam seng sebesar 48,38±0,62% dan 7,79±1,37%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya serap pektin kulit buah durian terhadap logam tembaga dan seng. Kulit durian yang digunakan merupakan limbah dari penjual buah durian di Jl. Iskandar Muda Medan dan diekstraksi dengan pemanasan selama 4 jam pada suhu 90°C dengan penambahan asam klorida hingga pH 2 dan diendapkan dengan menggunakan etanol asam.
Pektin yang diperoleh dilakukan pengujian terhadap kemampuan penyerapan logam berat tembaga dan seng yang diukur menggunakan spektrofotometri serapan atom. Dari hasil penelitian diperoleh kandungan pektin dalam kulit buah durian sebesar 2,56% dan menunjukan daya serap 1% pektin terhadap logam tembaga dan logam seng sebesar 48,38±0,62% dan 7,79±1,37%.
Skripsi Farmasi Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat dari Sulfonasi Metil Ester Asam Lemak Minyak Kastor (Ricinus communis L)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat dari Sulfonasi Metil Ester Asam Lemak Minyak Kastor (Ricinus communis L). Surfaktan metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dapat disintesis dari minyak. Surfaktan mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi.
Bahan baku pembuatan surfaktan dapat diperoleh dari minyak bumi, minyak nabati dan hewani. Salah satu minyak nabati adalah minyak kastor yang bersifat polar karena mengandung asam risinoleat yang memiliki gugus –OH, sebagai komponen utama. Minyak kastor dapat disintesis menjadi surfaktan melalui serangkaian tahapan reaksi, yaitu reaksi metanolisis untuk mengubah minyak menjadi metil ester, dilanjutkan dengan reaksi sulfonasi untuk mengubah metil ester menjadi metil ester sulfonat (MES), kemudian dinetralisasi untuk membentuk garam MES.
Setiap tahap diidentifikasi dengan spektroskopi FT-IR untuk menunjukkan bahwa reaksi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya metil ester sulfonat ditandai dengan terdapatnya spektrum FT-IR dari gugus sulfonat pada bilangan gelombang 1153,95 cm-1 dan 1186,79 cm-1 yang terikat pada atom Cα dan atom C yang berikatan rangkap. Gugus sulfonat memutus ikatan rangkap, dimana pada metil ester sulfonat tidak terdapat spektrum ikatan rangkap dari metil ester. Untuk membuktikan terbentuknya surfaktan, dilakukan pengujian tegangan permukaan dengan Tensiometer Du Nuoy dan diperoleh tegangan permukaan surfaktan MES 38,05 dyne/cm. Pada penentuan nilai HLB diperoleh nilai HLB sebesar 41,925 menunjukkan surfaktan MES bersifat hidrofilik, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penglarut dan sebagai bahan pengemulsi m/a.
Bahan baku pembuatan surfaktan dapat diperoleh dari minyak bumi, minyak nabati dan hewani. Salah satu minyak nabati adalah minyak kastor yang bersifat polar karena mengandung asam risinoleat yang memiliki gugus –OH, sebagai komponen utama. Minyak kastor dapat disintesis menjadi surfaktan melalui serangkaian tahapan reaksi, yaitu reaksi metanolisis untuk mengubah minyak menjadi metil ester, dilanjutkan dengan reaksi sulfonasi untuk mengubah metil ester menjadi metil ester sulfonat (MES), kemudian dinetralisasi untuk membentuk garam MES.
Setiap tahap diidentifikasi dengan spektroskopi FT-IR untuk menunjukkan bahwa reaksi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya metil ester sulfonat ditandai dengan terdapatnya spektrum FT-IR dari gugus sulfonat pada bilangan gelombang 1153,95 cm-1 dan 1186,79 cm-1 yang terikat pada atom Cα dan atom C yang berikatan rangkap. Gugus sulfonat memutus ikatan rangkap, dimana pada metil ester sulfonat tidak terdapat spektrum ikatan rangkap dari metil ester. Untuk membuktikan terbentuknya surfaktan, dilakukan pengujian tegangan permukaan dengan Tensiometer Du Nuoy dan diperoleh tegangan permukaan surfaktan MES 38,05 dyne/cm. Pada penentuan nilai HLB diperoleh nilai HLB sebesar 41,925 menunjukkan surfaktan MES bersifat hidrofilik, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penglarut dan sebagai bahan pengemulsi m/a.
Skripsi Farmasi Pengaruh Pemberian Infus Daun Seledri Segar Terhadap Penurunan Trigliserida Dan VLDL (Very Low Density lipoprotein) serum Darah Marmot Jantan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pengaruh Pemberian Infus Daun Seledri Segar Terhadap Penurunan Trigliserida Dan VLDL (Very Low Density lipoprotein) serum Darah Marmot Jantan. Telah dilakukan uji pengaruh infuse daun seledri segar terhadap penurunan trigliserida dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) serum darah marmot jantan.
Tumbuhan seledri (Apium graviolens L) mengandung flavonoid (apiin) yang berkasiat anti oksidan dan apigenin yang berkhasiat hipotensif, juga mengandung sejumlah vitamin A,B dan C sehingga memungkinkan pengunaan tanaman tersebut sebagai obat penurun kadar trigliserida dan VLDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infus daun seledri segar terhadap trigliserida VLDL serum darah marmot yang hiperlipidemia dan untuk membandingkan efek infus daun seledri tersebut dengan obat antihiperlipidemina yaitu gemfibrozil.
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan 30 ekor marmot jantan dengan berat badan 400-500 g dan berumur 3 bulan, yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok ( I, II, III, IV dan V). pada 30 ekor marmot dibuat hiperlipidemia dengan menginduksi marmot dengan memberikan 20% lemak kambing dan 1% kuning telur selama 14 hari.
Kadar awal trigliserida dan VLDL serum darah marmot di ukur dan digunakan sebagai kadar normal, lalu diberi perlakuan untuk kelompok I diberikan aquadest, kelompok II diberikan suspensi gemfibrozil 0.3%, kelompok III, IV dan V diberikan infus daun seledri segar masing-masing dengan dosis 800 mg/kgBB, 1600 mg/kgBB, dan 2400 mg/kgBB, kemudian kadar trigliserida dan VLDL diukur 6 jam kemudian. Berdasarkan uji ANAVA (Analisa Variantsi) menunjukan adanya perbedaan yang signifikan diantara setiap perlakuan, dimana F hitung lebih besar dari pada F table (P<0.05).
Berdasarkan uji ANAVA menunjukan adanya perbedaan yang signifikan diantara kelompok, selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan diantara kelompok – kelompok tersebut dengan mengunakan metode Tukey HSD (Honestly Significant Different), yaitu dengan pemberian infus daun seledri dosis 800 mg/kgBB sudah dapat menberikan efek penurunan trigliserida dan VLDL serum darah marmot. Dimana kadar awal (normal) trigliserida dan VLDL masing – masing 36 mg/dl dan 7 mg/dl, dan setelah pemberian infus daun seledri yaitu dosis 800 mg/kgBB, kadar trigliserida dan VLDL dari marmot, masing – masing menjadi 59,5 mg/dl dan 12 mg/dl, sehingga dosis 800 mg/kgBB sudah cukup memberikan efek penurunan terhadap trigliserida dan VLDL serum darah.
Tumbuhan seledri (Apium graviolens L) mengandung flavonoid (apiin) yang berkasiat anti oksidan dan apigenin yang berkhasiat hipotensif, juga mengandung sejumlah vitamin A,B dan C sehingga memungkinkan pengunaan tanaman tersebut sebagai obat penurun kadar trigliserida dan VLDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infus daun seledri segar terhadap trigliserida VLDL serum darah marmot yang hiperlipidemia dan untuk membandingkan efek infus daun seledri tersebut dengan obat antihiperlipidemina yaitu gemfibrozil.
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan 30 ekor marmot jantan dengan berat badan 400-500 g dan berumur 3 bulan, yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok ( I, II, III, IV dan V). pada 30 ekor marmot dibuat hiperlipidemia dengan menginduksi marmot dengan memberikan 20% lemak kambing dan 1% kuning telur selama 14 hari.
Kadar awal trigliserida dan VLDL serum darah marmot di ukur dan digunakan sebagai kadar normal, lalu diberi perlakuan untuk kelompok I diberikan aquadest, kelompok II diberikan suspensi gemfibrozil 0.3%, kelompok III, IV dan V diberikan infus daun seledri segar masing-masing dengan dosis 800 mg/kgBB, 1600 mg/kgBB, dan 2400 mg/kgBB, kemudian kadar trigliserida dan VLDL diukur 6 jam kemudian. Berdasarkan uji ANAVA (Analisa Variantsi) menunjukan adanya perbedaan yang signifikan diantara setiap perlakuan, dimana F hitung lebih besar dari pada F table (P<0.05).
Berdasarkan uji ANAVA menunjukan adanya perbedaan yang signifikan diantara kelompok, selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan diantara kelompok – kelompok tersebut dengan mengunakan metode Tukey HSD (Honestly Significant Different), yaitu dengan pemberian infus daun seledri dosis 800 mg/kgBB sudah dapat menberikan efek penurunan trigliserida dan VLDL serum darah marmot. Dimana kadar awal (normal) trigliserida dan VLDL masing – masing 36 mg/dl dan 7 mg/dl, dan setelah pemberian infus daun seledri yaitu dosis 800 mg/kgBB, kadar trigliserida dan VLDL dari marmot, masing – masing menjadi 59,5 mg/dl dan 12 mg/dl, sehingga dosis 800 mg/kgBB sudah cukup memberikan efek penurunan terhadap trigliserida dan VLDL serum darah.
Skripsi Farmasi Uji Pengembangan, Efek Iritasi secara Histologi dan Sifat Bertahan dalam Lambung dari Matriks Kalsium Alginat-Kitosan yang Mengandung Indometasin
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Uji Pengembangan, Efek Iritasi secara Histologi dan Sifat Bertahan dalam Lambung dari Matriks Kalsium Alginat-Kitosan yang Mengandung Indometasin. Telah dilakukan uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin.
Matriks dibuat dengan mencampurkan indometasin dengan natrium alginat dan kitosan sama banyak. Lalu ditambahkan mucilago amili 5% (b/v) sampai terbentuk masa yang kompak. Masa ini lalu dibulatkan menjadi butir-butir matriks dan direndam dalam larutan CaCl2 0,15 M selama 21 menit. Lalu dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. Uji pengembangan secara in vitro dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks setelah direndam dalam medium pH 1,2, pH 6,8 dan pH berganti.
Uji pengembangan secara in vivo dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Uji efek iritasi dilakukan terhadap 12 ekor kelinci. Kelinci-kelinci tersebut dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama adalah kelompok yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. Kelompok kedua, ketiga, dan keempat adalah kelompok yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan. Setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat, kelinci-kelinci tersebut dibedah dan diamati secara makroskopik dan mikroskopik (histologi).
Uji sifat bertahan dalam lambung dilakukan dengan melihat keberadaan matriks dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Hasil yang diperoleh pada uji pengembangan secara in vitro menunjukkan bahwa matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengembang dalam semua medium tetapi lebih cepat dalam medium pH 6,8. Uji efek iritasi secara histologi menunjukkan bahwa 8 dari 9 ekor kelinci yang diberi matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengalami iritasi yang ditandai dengan penipisan epitel dan pelebaran pembuluh darah. Dari hasil uji pengembangan secara in vivo menunjukkan bahwa matriks kalsium alginatkitosan memiliki sifat bertahan dalam lambung.
Matriks dibuat dengan mencampurkan indometasin dengan natrium alginat dan kitosan sama banyak. Lalu ditambahkan mucilago amili 5% (b/v) sampai terbentuk masa yang kompak. Masa ini lalu dibulatkan menjadi butir-butir matriks dan direndam dalam larutan CaCl2 0,15 M selama 21 menit. Lalu dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. Uji pengembangan secara in vitro dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks setelah direndam dalam medium pH 1,2, pH 6,8 dan pH berganti.
Uji pengembangan secara in vivo dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Uji efek iritasi dilakukan terhadap 12 ekor kelinci. Kelinci-kelinci tersebut dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama adalah kelompok yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. Kelompok kedua, ketiga, dan keempat adalah kelompok yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan. Setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat, kelinci-kelinci tersebut dibedah dan diamati secara makroskopik dan mikroskopik (histologi).
Uji sifat bertahan dalam lambung dilakukan dengan melihat keberadaan matriks dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Hasil yang diperoleh pada uji pengembangan secara in vitro menunjukkan bahwa matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengembang dalam semua medium tetapi lebih cepat dalam medium pH 6,8. Uji efek iritasi secara histologi menunjukkan bahwa 8 dari 9 ekor kelinci yang diberi matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengalami iritasi yang ditandai dengan penipisan epitel dan pelebaran pembuluh darah. Dari hasil uji pengembangan secara in vivo menunjukkan bahwa matriks kalsium alginatkitosan memiliki sifat bertahan dalam lambung.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (PRAFA) Citeureup, Bogor
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (PRAFA) Citeureup, Bogor. Obat merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia. Oleh karena itu, sebagai industri yang hi-regulated, pabrik obat atau industri farmasi diwajibkan untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu produk obat yang dihasilkannya selama diberikan izin edar oleh BPOM.
Kriteria aman dan berkhasiat dijamin lewat proses pemilihan bahan awal dari pemasok secara cermat dan hati-hati. Sedangkan mutu ditentukan oleh rangkaian proses desain dan formulasi produk obat, komponen dan proses pengemasan, serta lingkungan produksi dan cara penyimpanan selama masa edarnya. Jika rangkaian proses ini hendak dipertahankan maka diperlukan pengendalian mutu yang ketat berupa seperangkat sistem manajemen mutu. Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu produk obat yang sedemikian rumit maka sangat diperlukan tenaga profesional di industri farmasi.
Salah satu tenaga profesional yang dimaksud adalah apoteker. Apoteker merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab baik moral maupun legal sebagai pelindung terakhir (last safeguard) bagi pasien atau konsumen pengguna obat. Terkait kendali mutu, CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan bagian dari sistem manajemen mutu yang dimaksudkan di atas.
Dengan demikian, apoteker diharapkan untuk menggunakan pengetahuan, kompetensi, dan pengalamannya tidak hanya formulasi saja, tetapi juga menyangkut masalah pengendalian mutu produk obat dengan mengaplikasikan keseluruhan aspek CPOB dalam kegiatan di industri farmasi. Tidak hanya itu, karena konsep CPOB tahun 2006 mengacu pada current Good Manufacturing Practice/cGMP, peran apoteker sangat dibutuhkan di industri farmasi untuk terus meningkatkan mutu produk obat yang kian hari semakin tinggi seperti yang dituntut oleh badan regulasi.
Kriteria aman dan berkhasiat dijamin lewat proses pemilihan bahan awal dari pemasok secara cermat dan hati-hati. Sedangkan mutu ditentukan oleh rangkaian proses desain dan formulasi produk obat, komponen dan proses pengemasan, serta lingkungan produksi dan cara penyimpanan selama masa edarnya. Jika rangkaian proses ini hendak dipertahankan maka diperlukan pengendalian mutu yang ketat berupa seperangkat sistem manajemen mutu. Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu produk obat yang sedemikian rumit maka sangat diperlukan tenaga profesional di industri farmasi.
Salah satu tenaga profesional yang dimaksud adalah apoteker. Apoteker merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab baik moral maupun legal sebagai pelindung terakhir (last safeguard) bagi pasien atau konsumen pengguna obat. Terkait kendali mutu, CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan bagian dari sistem manajemen mutu yang dimaksudkan di atas.
Dengan demikian, apoteker diharapkan untuk menggunakan pengetahuan, kompetensi, dan pengalamannya tidak hanya formulasi saja, tetapi juga menyangkut masalah pengendalian mutu produk obat dengan mengaplikasikan keseluruhan aspek CPOB dalam kegiatan di industri farmasi. Tidak hanya itu, karena konsep CPOB tahun 2006 mengacu pada current Good Manufacturing Practice/cGMP, peran apoteker sangat dibutuhkan di industri farmasi untuk terus meningkatkan mutu produk obat yang kian hari semakin tinggi seperti yang dituntut oleh badan regulasi.
Skripsi Farmasi Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile Benth.) Terhadap Tikus Putih Jantan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile Benth.) Terhadap Tikus Putih Jantan. Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia). Penyakit diabetes melitus memerlukan pengobatan jangka panjang dan biaya yang mahal, sehingga diperlukan pencarian obat diabetes yang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Telah dilakukan pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia serbuk simplisia dan pengujian efek hipoglikemik ekstrak etanol daun sirih merah (Piper cf. fragile Benth.) terhadap tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa. Data yang diperoleh dianalisis secara analisis variansi kemudian dilanjutkan dengan metode Duncan.
Hasil karakteristik simplisia daun sirih merah diperoleh kadar air 8,66%, kadar sari larut air 18,39%, kadar sari larut etanol 11,62%, kadar abu total 9,56% dan kadar abu tidak larut asam 1,20%. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan steroid/triterpenoid. Ekstraksi dilakukan secara perkolasi menggunakan pelarut etanol 96%.
Pengujian kadar gula darah terhadap tikus putih jantan yang dilakukan terdiri dari 6 kelompok perlakuan yaitu hanya diberikan glukosa 50% dosis 5 g/kg BB, suspensi CMC 0,5% dosis 1% BB, suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg BB, 3 kelompok obat (ekstrak) dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB. Hasil pengujian farmakologi ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar gula darah tikus. Berdasarkan hasil analisis statistik ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 100 mg/kg BB sebanding dengan glibenklamid dosis 1 mg/kg BB.
Telah dilakukan pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia serbuk simplisia dan pengujian efek hipoglikemik ekstrak etanol daun sirih merah (Piper cf. fragile Benth.) terhadap tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa. Data yang diperoleh dianalisis secara analisis variansi kemudian dilanjutkan dengan metode Duncan.
Hasil karakteristik simplisia daun sirih merah diperoleh kadar air 8,66%, kadar sari larut air 18,39%, kadar sari larut etanol 11,62%, kadar abu total 9,56% dan kadar abu tidak larut asam 1,20%. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan steroid/triterpenoid. Ekstraksi dilakukan secara perkolasi menggunakan pelarut etanol 96%.
Pengujian kadar gula darah terhadap tikus putih jantan yang dilakukan terdiri dari 6 kelompok perlakuan yaitu hanya diberikan glukosa 50% dosis 5 g/kg BB, suspensi CMC 0,5% dosis 1% BB, suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg BB, 3 kelompok obat (ekstrak) dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB. Hasil pengujian farmakologi ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar gula darah tikus. Berdasarkan hasil analisis statistik ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 100 mg/kg BB sebanding dengan glibenklamid dosis 1 mg/kg BB.
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Sulfametoksazol Dan Trimetoprim Dalam Sediaan Suspensi Dengan Nama Dagang Dan Generik Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Sulfametoksazol Dan Trimetoprim Dalam Sediaan Suspensi Dengan Nama Dagang Dan Generik Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) bahwa campuran Sulfametoksazol dan Trimetoprim ditentukan kadarnya menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan fase gerak campuran air : asetonitril : trietylamin (1400 : 400 : 2) v/v, menggunakan detektor 254 nm dengan kolom ODS (3,9 mm x 30 cm), laju alir 2 ml/menit dalam sediaan tablet, sedangkan dalam sediaan suspensi tidak tercantum.
Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar sulfametoksazol dan trimetoprim dalam sediaan suspensi dengan nama dagang dan nama generik dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) kolom VP-ODS (4,6 mm x 25 cm) dan fase gerak, laju alir dan detektor yang sama seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV (1995). Uji kualitatif masing-masing zat dilakukan dengan menginjeksikan larutan sulfametoksazol dan trimetoprim secara terpisah ke sistem KCKT, diperoleh waktu retensi sulfametoksazol 2,2 menit dan waktu retensi trimetoprim 6,5 menit.
Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara luas puncak dengan konsentrasi untuk sulfametoksazol pada konsentrasi 50 sampai 250 μg/ml dengan koefisien korelasi, r = 0,9997 dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 46709,25327X +46088,31281, untuk trimetoprim pada konsentrasi 10 sampai 50 μg/ml dengan koefisien korelasi, r = 0,9997 dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 5800,13118X + 5576,943053. Hasil uji validasi metode memenuhi persyaratan dengan persen perolehan kembali Sulfametoksazol 103,28% ; Trimetoprim 98,67%. Uji presisi parameter standar deviasi (SD) Sulfametoksazol sebesar 1,79% ; Trimetoprim 1,44% dan relative standar deviasi (RSD) Sulfametoksazol 1,74% ; Trimetoprim 1,46%. Hasil perhitungan Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) diperoleh; Sulfametoksazol sebesar 13,46 mcg/ml dan 44,88 mcg/ml ; Trimetoprim sebesar 4,51 mcg/ml dan 15,03 mcg/ml. Persyaratan suspensi oral menurut USP XXXI tahun 2008 baik untuk sulfametoksazol maupun trimetoprim mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket Sulfametoksazol dan Trimetoprim.
Hasil penetapan kadar sampel Trimoxul, Sanprima dan Primadex, semua sampel memenuhi persyaratan, kecuali sampel cotrimoxazole yang tidak memenuhi persyaratan.
Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar sulfametoksazol dan trimetoprim dalam sediaan suspensi dengan nama dagang dan nama generik dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) kolom VP-ODS (4,6 mm x 25 cm) dan fase gerak, laju alir dan detektor yang sama seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV (1995). Uji kualitatif masing-masing zat dilakukan dengan menginjeksikan larutan sulfametoksazol dan trimetoprim secara terpisah ke sistem KCKT, diperoleh waktu retensi sulfametoksazol 2,2 menit dan waktu retensi trimetoprim 6,5 menit.
Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara luas puncak dengan konsentrasi untuk sulfametoksazol pada konsentrasi 50 sampai 250 μg/ml dengan koefisien korelasi, r = 0,9997 dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 46709,25327X +46088,31281, untuk trimetoprim pada konsentrasi 10 sampai 50 μg/ml dengan koefisien korelasi, r = 0,9997 dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 5800,13118X + 5576,943053. Hasil uji validasi metode memenuhi persyaratan dengan persen perolehan kembali Sulfametoksazol 103,28% ; Trimetoprim 98,67%. Uji presisi parameter standar deviasi (SD) Sulfametoksazol sebesar 1,79% ; Trimetoprim 1,44% dan relative standar deviasi (RSD) Sulfametoksazol 1,74% ; Trimetoprim 1,46%. Hasil perhitungan Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) diperoleh; Sulfametoksazol sebesar 13,46 mcg/ml dan 44,88 mcg/ml ; Trimetoprim sebesar 4,51 mcg/ml dan 15,03 mcg/ml. Persyaratan suspensi oral menurut USP XXXI tahun 2008 baik untuk sulfametoksazol maupun trimetoprim mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket Sulfametoksazol dan Trimetoprim.
Hasil penetapan kadar sampel Trimoxul, Sanprima dan Primadex, semua sampel memenuhi persyaratan, kecuali sampel cotrimoxazole yang tidak memenuhi persyaratan.
Skripsi Farmasi Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens Balsaminae flos) Terhadap Hepar Marmut Jantan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens Balsaminae flos) Terhadap Hepar Marmut Jantan. Silahkan Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap di sini.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Telah dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru yang merupakan rumah sakit kelas B pendidikan terhitung mulai dari tanggal 15 November sampai dengan 14 Desember 2010.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi adalah mengikuti, mengetahui dan mempelajari peran apoteker di instalasi farmasi RSUD Arifin Achmad baik di depo sentral serta unit-unitnya, instalasi bedah sentral, instalasi rawat darurat, instalasi rawat jalan maupun di pengelola perbekalan farmasi.
Selain di instalasi farmasi, mahasiswa juga mempelajari peran apoteker di CSSD Adapun tujuan dari PKP ini adalah agar calon apoteker dapat memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai tugas dan fungsi apoteker di sarana kesehatan, khususnya dalam lingkup kerja rumah sakit. Selain itu juga, mendidik calon apoteker agar mampu mengelola kegiatan kefarmasian di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan meningkatkan peran apoteker di rumah sakit di masa yang akan datang.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi adalah mengikuti, mengetahui dan mempelajari peran apoteker di instalasi farmasi RSUD Arifin Achmad baik di depo sentral serta unit-unitnya, instalasi bedah sentral, instalasi rawat darurat, instalasi rawat jalan maupun di pengelola perbekalan farmasi.
Selain di instalasi farmasi, mahasiswa juga mempelajari peran apoteker di CSSD Adapun tujuan dari PKP ini adalah agar calon apoteker dapat memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai tugas dan fungsi apoteker di sarana kesehatan, khususnya dalam lingkup kerja rumah sakit. Selain itu juga, mendidik calon apoteker agar mampu mengelola kegiatan kefarmasian di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan meningkatkan peran apoteker di rumah sakit di masa yang akan datang.
Skripsi Farmasi Persepsi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Terhadap Pelayanan Kefarmasian Sesuai PP No. S1 Tahun 2009
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Persepsi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Terhadap Pelayanan Kefarmasian Sesuai PP No. S1 Tahun 2009. Telah dilakukan penelitian tentang persepsi tenaga kesehatan terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas sesuai dengan PP No. 51 tahun 2009 menggunakan metode deskriptif dengan model penelitian survei yang dilakukan di 4 (empat) Puskesmas di Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei tahun 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada tenaga kesehatan yang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian (22,68%) dan siapa itu apoteker (12,37%). Pelayanan kefarmasian di puskesmas yang disurvei seluruhnya dilaksanakan oleh asisten apoteker (100%). Pendapat responden tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi waktu yang dibutuhkan dalam melayani resep ≤ 10 menit (78,35%), adanya etiket/label aturan pakai (100%), pemberian informasi obat (92,78%), dan adanya konseling atau Tanya-jawab antara pasien dengan petugas pelayanan obat (87,63%).
Secara umum persepsi tenaga kesehatan di puskesmas terhadap pelayanan kefarmasian sesuai PP No.51 tahun 2009 adalah baik. Hal ini tercermin dari hasil survei bahwa 95,88% setuju dengan PP No. 51 pasal 2 Tahun 2009, 65,98% setuju dengan PP No. 51 pasal 21 ayat 2, dan 68,04% setuju ditempatkannya apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada tenaga kesehatan yang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian (22,68%) dan siapa itu apoteker (12,37%). Pelayanan kefarmasian di puskesmas yang disurvei seluruhnya dilaksanakan oleh asisten apoteker (100%). Pendapat responden tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi waktu yang dibutuhkan dalam melayani resep ≤ 10 menit (78,35%), adanya etiket/label aturan pakai (100%), pemberian informasi obat (92,78%), dan adanya konseling atau Tanya-jawab antara pasien dengan petugas pelayanan obat (87,63%).
Secara umum persepsi tenaga kesehatan di puskesmas terhadap pelayanan kefarmasian sesuai PP No.51 tahun 2009 adalah baik. Hal ini tercermin dari hasil survei bahwa 95,88% setuju dengan PP No. 51 pasal 2 Tahun 2009, 65,98% setuju dengan PP No. 51 pasal 21 ayat 2, dan 68,04% setuju ditempatkannya apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
Skripsi Farmasi Menentukan Waktu Retensi pada Senyawa Antagonis H2 dengan variasi Fase Gerak secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT )
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Menentukan Waktu Retensi pada Senyawa Antagonis H2 dengan variasi Fase Gerak secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ). Telah dilakukan studi penetapan harga koefisien partisi atau pengukuran waktu retensi senyawa – senyawa antihistamin H2 yaitu Simetidin, Ranitidin, Famotidin dengan variasi fase gerak A (Simetidin), fase gerak B (Ranitidin), dan fase gerak C (Famotidin) dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah harga koefisien partisi atau pengukuran waktu retensi dapat ditentukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), membandingkannya dengan fase gerak A, B, dan C, membandingkan dengan peneliti sebelumnya (Vonna, 2006) dan program Chem Draw. Dari hasil penelitian diperoleh waktu retensi atau harga koefisien partisi senyawa antihistamin H2 yang terbesar dengan menggunakan fase gerak A dibandingkan fase gerak B dan fase gerak C yaitu simetidin baku (Fase Gerak A = 2226), (Fase gerak B = 1,647 ), dan Fase Gerak C = 1,777. Simetidin generik (Fase gerak A = 2,312), (Fase gerak B = 1,642), dan (fase gerak C = 1,913). Omekur ( Fase gerak A = 2,204), (Fase gerak B = 1,647), dan (Fase gerak C = 1,869). Ranitidin baku (Fase gerak A = 1,829), (Fase gerak B = 1,642), dan (Fase gerak C = 1,842), Ranitidin generik (Fase gerak A = 1,925), (Fase gerak B = 1,642), dan (Fase gerak C = 1,870). Omeranin (Fase gerak A = 1,834), (Fase gerak B = 1,646), dan (Fase gerak C = 1,870). Famotidin baku (Fase gerak A = 2,150), Fase gerak B = 1,503), dan (Fase gerak C = 1,766), Famotidin generiK (Fase gerak A = 2,044), (Fase gerak B = 1,504), dan Fase gerak C = 1,871). Pratifar ( Fase gerak A = 2,114), (Fase gerak B = 1,503), dan (Fase gerak C = 1,870). Peneliti sebelumnya (Vonna, 2006) telah melakukan penelitian tentang penentuan nilai log P sediaan bahan baku antihistamin - H2 yaitu : Simetidin (Log P = -0,307), Rantitidin (Log P = -1,328), Famotidin (Log P = -0,946) dengan penggojokan sistem oktanol-air yang dianalisis secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah Simetidin mempunyai nilai Log P (Koefisien Partisi) yang lebih besar sedangkan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) waktu retensi pada fase gerak A (Simetidin) lebih besar dimana harga koefisien partisi senyawa antihistamin H2 yang terbesar adalah Simetidin, yang berarti senyawa tersebut mempunyai kelarutan dalam lemak yang paling besar dibandingkan senyawa antihistamin lain yang diuji.
Tetapi berdasarkan program (Chem Draw) penentuan nilai log P sediaan bahan baku antihistamin – H2 yaitu : Simetidin (Log P = 0,79), Ranitidin (Log P = 1,2), Famotidin (Log P = -0,03) dimana harga koefisien partisi senyawa antihistamin H2 yang terbesar adalah Ranitidin disebabkan karena dalam bentuk base yang larut dalam fase non polar, bukan dalam bentuk garamnya yaitu Ranitidin HCI yang lebih mudah larut dalam fase polar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah harga koefisien partisi atau pengukuran waktu retensi dapat ditentukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), membandingkannya dengan fase gerak A, B, dan C, membandingkan dengan peneliti sebelumnya (Vonna, 2006) dan program Chem Draw. Dari hasil penelitian diperoleh waktu retensi atau harga koefisien partisi senyawa antihistamin H2 yang terbesar dengan menggunakan fase gerak A dibandingkan fase gerak B dan fase gerak C yaitu simetidin baku (Fase Gerak A = 2226), (Fase gerak B = 1,647 ), dan Fase Gerak C = 1,777. Simetidin generik (Fase gerak A = 2,312), (Fase gerak B = 1,642), dan (fase gerak C = 1,913). Omekur ( Fase gerak A = 2,204), (Fase gerak B = 1,647), dan (Fase gerak C = 1,869). Ranitidin baku (Fase gerak A = 1,829), (Fase gerak B = 1,642), dan (Fase gerak C = 1,842), Ranitidin generik (Fase gerak A = 1,925), (Fase gerak B = 1,642), dan (Fase gerak C = 1,870). Omeranin (Fase gerak A = 1,834), (Fase gerak B = 1,646), dan (Fase gerak C = 1,870). Famotidin baku (Fase gerak A = 2,150), Fase gerak B = 1,503), dan (Fase gerak C = 1,766), Famotidin generiK (Fase gerak A = 2,044), (Fase gerak B = 1,504), dan Fase gerak C = 1,871). Pratifar ( Fase gerak A = 2,114), (Fase gerak B = 1,503), dan (Fase gerak C = 1,870). Peneliti sebelumnya (Vonna, 2006) telah melakukan penelitian tentang penentuan nilai log P sediaan bahan baku antihistamin - H2 yaitu : Simetidin (Log P = -0,307), Rantitidin (Log P = -1,328), Famotidin (Log P = -0,946) dengan penggojokan sistem oktanol-air yang dianalisis secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah Simetidin mempunyai nilai Log P (Koefisien Partisi) yang lebih besar sedangkan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) waktu retensi pada fase gerak A (Simetidin) lebih besar dimana harga koefisien partisi senyawa antihistamin H2 yang terbesar adalah Simetidin, yang berarti senyawa tersebut mempunyai kelarutan dalam lemak yang paling besar dibandingkan senyawa antihistamin lain yang diuji.
Tetapi berdasarkan program (Chem Draw) penentuan nilai log P sediaan bahan baku antihistamin – H2 yaitu : Simetidin (Log P = 0,79), Ranitidin (Log P = 1,2), Famotidin (Log P = -0,03) dimana harga koefisien partisi senyawa antihistamin H2 yang terbesar adalah Ranitidin disebabkan karena dalam bentuk base yang larut dalam fase non polar, bukan dalam bentuk garamnya yaitu Ranitidin HCI yang lebih mudah larut dalam fase polar.
Skripsi Farmasi Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif untuk Penetapan Kadar Campuran Pseudoefedrin Hidroklorida dan Triprolidin Hidroklorida dalam Sediaan Tablet
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif untuk Penetapan Kadar Campuran Pseudoefedrin Hidroklorida dan Triprolidin Hidroklorida dalam Sediaan Tablet. Saat ini banyak beredar sediaan obat dengan lebih dari satu komponen zat aktif. Salah satu kombinasi yang sering digunakan adalah pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl yang tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan beredar dengan berbagai merek dagang.
Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik. Triprolidin HCl adalah obat antihistamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl dengan menggunakan spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing dalam pelarut HCl 0,1 N.
Panjang gelombang analisis untuk menetapkan kadar campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl pada spektrum serapan derivat kedua yaitu pada panjang gelombang 271 nm (zero crossing untk triprolidin HCl) dan pada panjang gelombang 318 nm (zero crossing untuk pseudoefedrin HCl). Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi, untuk pseudoefedrin HCl dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi Y = (9,06X +8,00).10¬¬-6; untuk triprolidin HCl dengan koefisien korelasi, r = 0,9998 dan persamaan regresi Y = (48,9X – 9,0).10-6 . Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) untuk pseudoefedrin HCl berturut-turut adalah 3,16 mcg/ml dan 10,53 mcg/ml sedangkan untuk triprolidin HCl adalah 0,59 mcg/ml dan 1,95 mcg/ml.
Hasil penetapan kadar campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl yang dianalisis dalam tablet di pasaran menunjukkan bahwa semua memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan yang tertera pada USP (United States Pharmacopoeia) XXX tahun 2007. Hasil uji validasi yang dilakukan terhadap tablet Tremenza® (Sanbe) memenuhi persyaratan validasi metode, untuk pseudoefedrin HCl diperoleh % recovery = 99,90%, simpangan baku relatif (RSD) = 0,9204% dan untuk triprolidin HCl diperoleh % recovery = 101,14%, simpangan baku relatif (RSD) = 1,6617 %. Hasil ini menunjukkan spektrofotometri derivatif metode zero crossing yang digunakan memenuhi persyaratan akurasi dan presisi.
Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik. Triprolidin HCl adalah obat antihistamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl dengan menggunakan spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing dalam pelarut HCl 0,1 N.
Panjang gelombang analisis untuk menetapkan kadar campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl pada spektrum serapan derivat kedua yaitu pada panjang gelombang 271 nm (zero crossing untk triprolidin HCl) dan pada panjang gelombang 318 nm (zero crossing untuk pseudoefedrin HCl). Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi, untuk pseudoefedrin HCl dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi Y = (9,06X +8,00).10¬¬-6; untuk triprolidin HCl dengan koefisien korelasi, r = 0,9998 dan persamaan regresi Y = (48,9X – 9,0).10-6 . Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) untuk pseudoefedrin HCl berturut-turut adalah 3,16 mcg/ml dan 10,53 mcg/ml sedangkan untuk triprolidin HCl adalah 0,59 mcg/ml dan 1,95 mcg/ml.
Hasil penetapan kadar campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl yang dianalisis dalam tablet di pasaran menunjukkan bahwa semua memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan yang tertera pada USP (United States Pharmacopoeia) XXX tahun 2007. Hasil uji validasi yang dilakukan terhadap tablet Tremenza® (Sanbe) memenuhi persyaratan validasi metode, untuk pseudoefedrin HCl diperoleh % recovery = 99,90%, simpangan baku relatif (RSD) = 0,9204% dan untuk triprolidin HCl diperoleh % recovery = 101,14%, simpangan baku relatif (RSD) = 1,6617 %. Hasil ini menunjukkan spektrofotometri derivatif metode zero crossing yang digunakan memenuhi persyaratan akurasi dan presisi.
Skripsi Farmasi Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan. Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi rumah sakit di RSUP H. Adam Malik Medan. PKP ini bertujuan untuk memberikan pembekalan, keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi di rumah sakit dan melihat secara langsung peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
PKP ini dilaksanakan pada tanggal 7 April 2010 sampai 5 Mei 2010 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKP di rumah sakit meliputi melihat fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengetahui peran apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke depo-depo farmasi dan apotek untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, melakukan visite ke ruang rawat inap terpadu B1 anak untuk memberikan informasi dan konseling kepada pasien.
Melaksanakan pelayanan Informasi Obat (PIO) pada pasien rawat jalan di apotek II. Selain itu juga melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP H. Adam Malik Medan dan Instalasi Gas Medis di RSUP H. Adam Malik Medan. Peninjauan ke gas medis dilakukan untuk melihat kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian untuk pasien yang membutuhkan. Peninjauan juga dilakukan ke Pencampuran Obat Kemoterapi di mana selain melihat juga ikut terlibat langsung dalam pencampuran obat kemoterapi, serta juga bekerja sama dengan Instalasi PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit) dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat rumah sakit.
PKP ini dilaksanakan pada tanggal 7 April 2010 sampai 5 Mei 2010 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKP di rumah sakit meliputi melihat fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengetahui peran apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke depo-depo farmasi dan apotek untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, melakukan visite ke ruang rawat inap terpadu B1 anak untuk memberikan informasi dan konseling kepada pasien.
Melaksanakan pelayanan Informasi Obat (PIO) pada pasien rawat jalan di apotek II. Selain itu juga melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP H. Adam Malik Medan dan Instalasi Gas Medis di RSUP H. Adam Malik Medan. Peninjauan ke gas medis dilakukan untuk melihat kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian untuk pasien yang membutuhkan. Peninjauan juga dilakukan ke Pencampuran Obat Kemoterapi di mana selain melihat juga ikut terlibat langsung dalam pencampuran obat kemoterapi, serta juga bekerja sama dengan Instalasi PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit) dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat rumah sakit.
Skripsi farmasi Identifikasi dan Membandingkan Metode Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks Secara Titrasi Asam Basa dan Spektrofotometri Sinar Tampak di Dalam Bakso Daging Sapi
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Identifikasi dan Membandingkan Metode Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks Secara Titrasi Asam Basa dan Spektrofotometri Sinar Tampak di Dalam Bakso Daging Sapi. Bakso daging sapi merupakan salah satu jenis makanan yang tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga pembuat bakso masih ada yang menggunakan pengawet.
Salah satu pengawet yang digunakan tetapi dilarang untuk makanan adalah natrium tetraboraks (boraks) yang merupakan pengawet kayu dan penghambat pergerakan kecoa. Berdasarkan SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.722/MENKES/PER/IX/1988, boraks dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi dengan metode kurkumin-asam oksalat dan penetapan kadar menggunakan metode titrasi asam basa dan spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi warna kurkumin-asam oksalat.
Hasil penetapan kadar natrium tetraboraks dengan metode spektrofotometri sinar tampak yaitu 1,9787 mg/g sampel sedangkan hasil penetapan kadar dengan metode titrasi asam basa (volumetri) yaitu 2,2413 mg/g sampel. Hasil rata-rata persen perolehan kembali (%recovery) pada penelitian ini dengan metode spektrofotometri sinar tampak yaitu 95,413% sedangkan dengan metode titrasi asam basa yaitu 90,25%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar yang diperoleh metode spektrofotometri sinar tampak memberikan kadar lebih kecil namun dari segi akurasi metode spektrofotometri sinar tampak lebih akurat dibandingkan metode titrasi asam basa.
Salah satu pengawet yang digunakan tetapi dilarang untuk makanan adalah natrium tetraboraks (boraks) yang merupakan pengawet kayu dan penghambat pergerakan kecoa. Berdasarkan SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.722/MENKES/PER/IX/1988, boraks dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi dengan metode kurkumin-asam oksalat dan penetapan kadar menggunakan metode titrasi asam basa dan spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi warna kurkumin-asam oksalat.
Hasil penetapan kadar natrium tetraboraks dengan metode spektrofotometri sinar tampak yaitu 1,9787 mg/g sampel sedangkan hasil penetapan kadar dengan metode titrasi asam basa (volumetri) yaitu 2,2413 mg/g sampel. Hasil rata-rata persen perolehan kembali (%recovery) pada penelitian ini dengan metode spektrofotometri sinar tampak yaitu 95,413% sedangkan dengan metode titrasi asam basa yaitu 90,25%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar yang diperoleh metode spektrofotometri sinar tampak memberikan kadar lebih kecil namun dari segi akurasi metode spektrofotometri sinar tampak lebih akurat dibandingkan metode titrasi asam basa.
Skripsi farmasi Penetapan Kadar Mangan Pada Air Untuk Pembuatan Teh Botol Sosro
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Mangan Pada Air Untuk Pembuatan Teh Botol Sosro. Dalam proses kehidupan makhluk hidup, air merupakan suatu kebutuhan yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari manusia. Tidak akan ada kehidupan jika di bumi ini tidak ada air. Air yang bersih sangat dibutuhkan oleh manusia, untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena air merupakan salah satu sumber penularan penyakit. Namun saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penggunaan dari air sudah bervariasi.
Air bukan hanya di masak lalu di gunakan untuk air minum, tapi air dapat di olah menjadi minuman yang mempunyai variasi berbeda-beda dan rasa yang menyegarkan. Dengan memenuhi kebutuhan manusia akan minuman, maka di dirikan sebuah pabrik minuman yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu dari sekian banyak minuman yang ada yaitu PT. Sinar Sosro pabrik Deli Serdang yang menjadikan daun teh sebagai bahan minuman botol yang menyegarkan. Sumber air yang di ambil oleh PT. Sinar Sosro untuk proses pengolahan teh botol sosro adalah air yang bersumber dari bawah tanah yang di pompakan dari sumur dengan kedalaman 200-250 meter. Di dalam air juga harus di perhatikan kandungan mangan dalam air.
Air bukan hanya di masak lalu di gunakan untuk air minum, tapi air dapat di olah menjadi minuman yang mempunyai variasi berbeda-beda dan rasa yang menyegarkan. Dengan memenuhi kebutuhan manusia akan minuman, maka di dirikan sebuah pabrik minuman yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu dari sekian banyak minuman yang ada yaitu PT. Sinar Sosro pabrik Deli Serdang yang menjadikan daun teh sebagai bahan minuman botol yang menyegarkan. Sumber air yang di ambil oleh PT. Sinar Sosro untuk proses pengolahan teh botol sosro adalah air yang bersumber dari bawah tanah yang di pompakan dari sumur dengan kedalaman 200-250 meter. Di dalam air juga harus di perhatikan kandungan mangan dalam air.
Skripsi farmasi Pengaruh Pencucian Terhadap Residu Pestisida Profenofos Pada Cabai Merah
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Pengaruh Pencucian Terhadap Residu Pestisida Profenofos Pada Cabai Merah. Profenofos merupakan salah satu jenis pestisida golongan organofosfat yang digunakan untuk melindungi tanaman cabai merah dari serangan hama, tetapi residu profenofos pada cabai merah tidak boleh melebihi 5 mg/kg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pencucian terhadap residu pestisida profenofos pada cabai merah.
Sampel cabai merah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari petani di Perbaungan. Metode pencucian yang diterapkan adalah dengan menggunakan air, air hangat, dan larutan pencuci buah dan sayur. Cabai merah yang telah mengalami pencucian kemudian diekstraksi dan ditetapkan kadar residunya. Penetapan kadar residu profenofos ditentukan dengan Kromatografi Gas dilengkapi detektor penangkap elektron dan kolom Rtx-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencucian yang berbeda memberikan hasil yang berbeda.
Semua metode pencucian yang dilakukan berpengaruh terhadap penurunan residu profenofos pada cabai merah, dimana metode pencucian yang paling baik menurunkan residu profenofos adalah dengan menggunakan larutan pencuci buah dan sayur. Penurunan residu profenofos dalam sampel cabai merah adalah 6,91% yang dicuci dengan air, 9,41% dengan air panas, dan 16,59% dengan larutan pencuci buah dan sayur.
Sampel cabai merah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari petani di Perbaungan. Metode pencucian yang diterapkan adalah dengan menggunakan air, air hangat, dan larutan pencuci buah dan sayur. Cabai merah yang telah mengalami pencucian kemudian diekstraksi dan ditetapkan kadar residunya. Penetapan kadar residu profenofos ditentukan dengan Kromatografi Gas dilengkapi detektor penangkap elektron dan kolom Rtx-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencucian yang berbeda memberikan hasil yang berbeda.
Semua metode pencucian yang dilakukan berpengaruh terhadap penurunan residu profenofos pada cabai merah, dimana metode pencucian yang paling baik menurunkan residu profenofos adalah dengan menggunakan larutan pencuci buah dan sayur. Penurunan residu profenofos dalam sampel cabai merah adalah 6,91% yang dicuci dengan air, 9,41% dengan air panas, dan 16,59% dengan larutan pencuci buah dan sayur.
Skripsi farmasi Penetapan Kadar Piroxikam dalam apsul Omeretik Produksi PT.Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Piroxikam dalam apsul Omeretik Produksi PT.Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Setiap orang yang sakit akan berusaha untuk mencari obat maupun cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakitnya. Dalam pengobatan suatu penyakit biasanya orang selalu menggunakan obat, kadang-kadang menggunakan cara yang lain seperti dipijat, dikerok dengan menggunakan mata uang logam dan sebagainya (Anief, 1991).
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih, akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil, tidak akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih, akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil, tidak akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).
Skripsi farmasi Uji Disolusi Kaplet Omefulvin Produksi PT Mutifa
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Uji Disolusi Kaplet Omefulvin Produksi PT Mutifa. Sejak dulu setiap orang yang sakit akan berusaha mencari obat maupun cara pengobatannya. Defenisi obat itu sendiri yaitu suatu zat yang digunakan untuk diagnose, pengobatan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Meskipun obat dapat menyembuhkan, tetapi banyak kejadian bahwa seseorang telah menderita akibat keracunan obat.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelebihan dosis akan menimbulkan keracunan.
Oleh karena itu dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang diderita, berapa dosisnya serta kapan dan dimana obat itu digunakan (Anief, 1991). Dalam pemakaian obat telah diformulasikan dan disiapkan bentuk sediaan yang sesuai seperti tablet, kaplet, kapsul, injeksi, syrup dan lain-lain. Kaplet adalah tablet berbentuk kapsul yang berisi bahan obat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Untuk mendapatkan kaplet yang memenuhi persyaratan, diperlukan salah satu pengujian terhadap kaplet yaitu uji disolusi (Ansel, 1989). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan uji disolusi pada kaplet yang dalam hal ini penulis memilih kaplet Omefulvin.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelebihan dosis akan menimbulkan keracunan.
Oleh karena itu dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang diderita, berapa dosisnya serta kapan dan dimana obat itu digunakan (Anief, 1991). Dalam pemakaian obat telah diformulasikan dan disiapkan bentuk sediaan yang sesuai seperti tablet, kaplet, kapsul, injeksi, syrup dan lain-lain. Kaplet adalah tablet berbentuk kapsul yang berisi bahan obat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Untuk mendapatkan kaplet yang memenuhi persyaratan, diperlukan salah satu pengujian terhadap kaplet yaitu uji disolusi (Ansel, 1989). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan uji disolusi pada kaplet yang dalam hal ini penulis memilih kaplet Omefulvin.
Skripsi farmasi Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng Yang Digunakan Untuk Pembuatan Mie InstanDI PT. Indofood
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng Yang Digunakan Untuk Pembuatan Mie InstanDI PT. Indofood. Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein.
Satu minyak dan lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapat hampir di semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang ditambahkan ke dalam pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu (Budiyanto, 2005). Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfungsi sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-obatan (misalnya minyak ikan), sebagai pengkilap cat (terutama yang berasal dari golongan minyak mengering) (Almatsier, 2004 ).
Pengujian asam lemak bebas dalam minyak dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan dari minyak/lemak tersebut. Produksi asam lemak bebas disebabkan oleh enzim pada umumnya yaitu berada dalam jaringan lemak yang bersifat netral dan masih utuh. Dalam organ tertentu, misalnya hati dan pankreas, kegiatan proses metabolisme cukup tinggi, sehingga menghasilkan sejumlah asam lemak bebas.
Mikroba juga berpengaruh pada produksi asam lemak bebas yaitu oksidasi secara biologis terutama terjadi pada lemak masih berada dalam jaringan. Lemak tidak mudah langsung digunakan oleh mikroba jika dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Tapi kemungkinan semua mikroba yang menghasilkan enzim lipase dapat memetabolisir lemak. Tahap pertama proses ini adalah dekomposisi gliserida menjadi gliserol dan asam lemak ( Ketaren, 1986). Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen yang disebut fraksi lipid terdiri dari minyak/lemak, fosfolipida, sterol, hidrokarbon, dan pigmen. Dengan cara ekstraksi yang menggunakan pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, benzene, dan kloroform komponen-komponen fraksi lipida dapat dipisahakn, lemak kasar tersebut disebut fraksi larut eter. Untuk membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH.
Minyak/lemak makan, malam, fosfolipida dapat disabunkan (Winarno, 1992). Contoh pangan berlemak yang kerusakan mutu cita rasanya terutama disebabkan oleh lemak yang terdapat di dalamnya, antara lain bahan pangan yang mengandung minyak nabati, lemak hewani, mentega putih, minyak goreng, minyak salad, dan dressing, obat-obatan yang mengandung minyak ikan, biskuit, tepung dari biji-bijian, susu, lemak susu, mentega, susu bubuk, cokelat, es krim, makanan bayi, karamel, keripik kentang, ikan asin, dan ikan yang dibekukan (Budiyanto, 2005).
Satu minyak dan lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapat hampir di semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang ditambahkan ke dalam pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu (Budiyanto, 2005). Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfungsi sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-obatan (misalnya minyak ikan), sebagai pengkilap cat (terutama yang berasal dari golongan minyak mengering) (Almatsier, 2004 ).
Pengujian asam lemak bebas dalam minyak dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan dari minyak/lemak tersebut. Produksi asam lemak bebas disebabkan oleh enzim pada umumnya yaitu berada dalam jaringan lemak yang bersifat netral dan masih utuh. Dalam organ tertentu, misalnya hati dan pankreas, kegiatan proses metabolisme cukup tinggi, sehingga menghasilkan sejumlah asam lemak bebas.
Mikroba juga berpengaruh pada produksi asam lemak bebas yaitu oksidasi secara biologis terutama terjadi pada lemak masih berada dalam jaringan. Lemak tidak mudah langsung digunakan oleh mikroba jika dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Tapi kemungkinan semua mikroba yang menghasilkan enzim lipase dapat memetabolisir lemak. Tahap pertama proses ini adalah dekomposisi gliserida menjadi gliserol dan asam lemak ( Ketaren, 1986). Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen yang disebut fraksi lipid terdiri dari minyak/lemak, fosfolipida, sterol, hidrokarbon, dan pigmen. Dengan cara ekstraksi yang menggunakan pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, benzene, dan kloroform komponen-komponen fraksi lipida dapat dipisahakn, lemak kasar tersebut disebut fraksi larut eter. Untuk membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH.
Minyak/lemak makan, malam, fosfolipida dapat disabunkan (Winarno, 1992). Contoh pangan berlemak yang kerusakan mutu cita rasanya terutama disebabkan oleh lemak yang terdapat di dalamnya, antara lain bahan pangan yang mengandung minyak nabati, lemak hewani, mentega putih, minyak goreng, minyak salad, dan dressing, obat-obatan yang mengandung minyak ikan, biskuit, tepung dari biji-bijian, susu, lemak susu, mentega, susu bubuk, cokelat, es krim, makanan bayi, karamel, keripik kentang, ikan asin, dan ikan yang dibekukan (Budiyanto, 2005).
Skripsi farmasi Analisis Kadar Aluminium Pada Proses Pengolahan Treated Water Secara Spektrofotometri Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Analisis Kadar Aluminium Pada Proses Pengolahan Treated Water Secara Spektrofotometri Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan. Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti minuman, pertanian, industri, perikanan dan rekreasi.
Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dari ketidakmurnian secara kimiawi (Alaerts dan Sumestri, 1987). Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut di harapkan bias di tekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut.
Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman (Sutrisno, 1996). Air untuk keperluan publik adalah air yang digunakan untuk kepentingan manusia. Air untuk konsumsi domestik maksudnya ialah air yang dikonsumsikanoleh sektor rumah tangga, meliputi air untuk kebutuhan makan, minum, mandi, memasak dan mencuci termasuk juga air untuk kebutuhan menyiram tanaman di halaman atau di pekarangan rumah, untuk tanaman dan juga kebun.
Dalam air, terdapat beberapa logam yang dominan. Hal ini sangat tergantung pada asal sumber air (air tanah dan air sungai). Di samping itu, jenis air juga mempengaruhi kandungan logam di dalamnya (air tawar, air payu, dan air laut). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalanannya air tersebut mengalami beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi sungai (Alaerts dan Sumestri, 1987).
Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dari ketidakmurnian secara kimiawi (Alaerts dan Sumestri, 1987). Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut di harapkan bias di tekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut.
Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman (Sutrisno, 1996). Air untuk keperluan publik adalah air yang digunakan untuk kepentingan manusia. Air untuk konsumsi domestik maksudnya ialah air yang dikonsumsikanoleh sektor rumah tangga, meliputi air untuk kebutuhan makan, minum, mandi, memasak dan mencuci termasuk juga air untuk kebutuhan menyiram tanaman di halaman atau di pekarangan rumah, untuk tanaman dan juga kebun.
Dalam air, terdapat beberapa logam yang dominan. Hal ini sangat tergantung pada asal sumber air (air tanah dan air sungai). Di samping itu, jenis air juga mempengaruhi kandungan logam di dalamnya (air tawar, air payu, dan air laut). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalanannya air tersebut mengalami beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi sungai (Alaerts dan Sumestri, 1987).
Skripsi farmasi Penetapan Kadar Campuran Parasetamol, Propifenazon Dan Kafein Dari Sediaan Tablet Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Campuran Parasetamol, Propifenazon Dan Kafein Dari Sediaan Tablet Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri. Obat dalam bentuk kombinasi sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk diantaranya rasa nyeri dan demam.
Kombinasi Parasetamol, Propifenazon dan Kafein merupakan kombinasi untuk penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam (antipiretika) yang terdiri dari derivat para amino fenol Parasetamol, derivat pirazolinon Propifenazon dan derivat xantin Kafein. Kombinasi dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi. Analisis campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kafein dari sediaan tablet secara simultan dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri.
Pendeteksian dengan menggunakan detektor Ultra Violet/Visible pada panjang gelombang 260 nm dengan terlebih dahulu dilakukan pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) fase diam Silika Gel 60 F254 (E.Merck) dan fase gerak kloroform : aseton : amonium hidroksida 25% (8 : 2 : 0,1). Harga Rf yang diperoleh untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein secara berturut-turut adalah 0,27; 0,74 dan 0,51. Penentuan linieritas kurva kalibrasi, untuk Parasetamol dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi, y = 1647,0932x + 311,1138; dan untuk Propifenazon dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi, y = 830,9619x + 76,4238; serta untuk Kafein dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi, y = 906,7000x + 24,8893.
Hasil penetapan kadar tablet campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kafein yang dianalisis memenuhi persyaratan untuk tablet secara umum yakni mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Uji akurasi diperoleh % perolehan kembali rata - rata untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein secara berturut - turut adalah 100,2112%; 100,5551% dan 100,0251%. Untuk uji presisi diperoleh nilai RSD untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein secara berturut - turut adalah 0,3767%; 0,2740% dan 0,4942%. Batas deteksi untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein berturut – turut adalah 0,8023 μg; 0,3854 μg dan 0,1134 μg, sedangkan batas kuantitasi untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein berturut – turut adalah 2,4312 μg; 1,1680 μg dan 0,3438 μg. Maka dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai akurasi dan presisi yang memenuhi syarat.
Kombinasi Parasetamol, Propifenazon dan Kafein merupakan kombinasi untuk penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam (antipiretika) yang terdiri dari derivat para amino fenol Parasetamol, derivat pirazolinon Propifenazon dan derivat xantin Kafein. Kombinasi dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi. Analisis campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kafein dari sediaan tablet secara simultan dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri.
Pendeteksian dengan menggunakan detektor Ultra Violet/Visible pada panjang gelombang 260 nm dengan terlebih dahulu dilakukan pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) fase diam Silika Gel 60 F254 (E.Merck) dan fase gerak kloroform : aseton : amonium hidroksida 25% (8 : 2 : 0,1). Harga Rf yang diperoleh untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein secara berturut-turut adalah 0,27; 0,74 dan 0,51. Penentuan linieritas kurva kalibrasi, untuk Parasetamol dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi, y = 1647,0932x + 311,1138; dan untuk Propifenazon dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi, y = 830,9619x + 76,4238; serta untuk Kafein dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi, y = 906,7000x + 24,8893.
Hasil penetapan kadar tablet campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kafein yang dianalisis memenuhi persyaratan untuk tablet secara umum yakni mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Uji akurasi diperoleh % perolehan kembali rata - rata untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein secara berturut - turut adalah 100,2112%; 100,5551% dan 100,0251%. Untuk uji presisi diperoleh nilai RSD untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein secara berturut - turut adalah 0,3767%; 0,2740% dan 0,4942%. Batas deteksi untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein berturut – turut adalah 0,8023 μg; 0,3854 μg dan 0,1134 μg, sedangkan batas kuantitasi untuk Parasetamol, Propifenazon dan Kafein berturut – turut adalah 2,4312 μg; 1,1680 μg dan 0,3438 μg. Maka dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai akurasi dan presisi yang memenuhi syarat.
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan. Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Bila manusia, hewan, dan tumbuhan kekurangan air, maka akan mati.
Permasalahan saat ini adalah kualitas air terutama untuk kebutuhan (mandi, mencuci, minum, dan sebagainya) di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Salah satu mineral yang terdapat dalam air adalah kandungan Cr, kromium sendiri sebetulnya tidak toxik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Apabila kadar Cr tersebut terdapat dalam jumlah yang besar, maka akan menimbulkan efek toksik.
Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen, segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air minum harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air minum. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kromium (Cr). Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan penetapan kadar kromium (Cr) dalam air reservoir secara kolorimetri.
Permasalahan saat ini adalah kualitas air terutama untuk kebutuhan (mandi, mencuci, minum, dan sebagainya) di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Salah satu mineral yang terdapat dalam air adalah kandungan Cr, kromium sendiri sebetulnya tidak toxik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Apabila kadar Cr tersebut terdapat dalam jumlah yang besar, maka akan menimbulkan efek toksik.
Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen, segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air minum harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air minum. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kromium (Cr). Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan penetapan kadar kromium (Cr) dalam air reservoir secara kolorimetri.
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Asam Mefenamat Dalam Kaplet Omestan Secara Spektrofotometri Ultraviolet Di PT. Mutifa Industri Farmasi Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Asam Mefenamat Dalam Kaplet Omestan Secara Spektrofotometri Ultraviolet Di PT. Mutifa Industri Farmasi Medan. PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) merupakan salah satu perusahaan atau Industri farmasi yang telah memperoleh sertifikat cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dan banyak memproduksi berbagai bentuk sediaan farmasi seperti tablet, kapsul, bedak gatal, syrup dan lain-lain dengan mutu atau kualitas yang baik.
Salah satunya adalah tablet Omestan yang mengandung asam mefenamat. Asam mefenamat biasanya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet dengan dosis 500 mg tiap tablet. Asam mefenamat merupakan salah satu contoh obat analgetik yang biasa digunakan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit atau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Untuk dapat menyembuhkan penyakit, obat yang akan dikonsumsi harus memenuhi persyaratan mutu, kualitas dan kadar zat berkhasiat, serta digunakan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Jika obat dikonsumsi dalam dosis yang kecil maka obat tidak dapat menyembuhkan suatu penyakit, dan jika dikonsumsi dalam dosis yang besar, maka obat akan menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar asam mefenamat dalam tablet. Apakah telah memenuhi persyaratan yang di tetapkan didalam farmakope dengan menggunakan metode spektrofotometri (Munaf,1994).
Salah satunya adalah tablet Omestan yang mengandung asam mefenamat. Asam mefenamat biasanya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet dengan dosis 500 mg tiap tablet. Asam mefenamat merupakan salah satu contoh obat analgetik yang biasa digunakan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit atau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Untuk dapat menyembuhkan penyakit, obat yang akan dikonsumsi harus memenuhi persyaratan mutu, kualitas dan kadar zat berkhasiat, serta digunakan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Jika obat dikonsumsi dalam dosis yang kecil maka obat tidak dapat menyembuhkan suatu penyakit, dan jika dikonsumsi dalam dosis yang besar, maka obat akan menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar asam mefenamat dalam tablet. Apakah telah memenuhi persyaratan yang di tetapkan didalam farmakope dengan menggunakan metode spektrofotometri (Munaf,1994).
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Mangan Dan Kromium Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Secara Spektrofotometri
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Mangan Dan Kromium Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Secara Spektrofotometri. Air adalah materi esensial, karena merupakan materi yang sangat dibutuhkan. Kebutuhan terhadap air khususnya air minum haruslah sehat artinya tidak tercemar, tidak menimbulkan penyakit dan bebas dari unsur-unsur racun.
Air dengan kualitas yang baikpada dewasa ini akan sulit diperoleh karena banyak sumber air telah tercemar akibat berbagai macam kegiatan manusia (Effendi, 2003). Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga.
Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air. Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas dan volume, tampungannya (alami maupun buatan), pengaruh iklim, dan tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh manusia (Darmono, 1995).
Air dengan kualitas yang baikpada dewasa ini akan sulit diperoleh karena banyak sumber air telah tercemar akibat berbagai macam kegiatan manusia (Effendi, 2003). Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga.
Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air. Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas dan volume, tampungannya (alami maupun buatan), pengaruh iklim, dan tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh manusia (Darmono, 1995).
Skripsi Farmasi Identifikasi Hidrokinon Dalam Krim Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Identifikasi Hidrokinon Dalam Krim Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis. Kosmetik dari bahan alam baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun bahan lainnya telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Penggunaan kosmetik dalam bentuk sederhana dan dengan cara tradisional, telah digunakan oleh manusia sejak dahulu. Seiring berjalannya waktu, serta berkembangnya pengetahuan maka ditemukanlah sediaan kosmetik yang lebih modern seperti sediaan yang berbentuk krim, yang merupakan campuran dari beberapa komponen bahan yang diformulasikan lebih stabil didalam industri farmasi (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik adalah bahan yang diaplikasikan secara topikal yang digunakan untuk memperbaiki penampilan, menghilangkan kotoran kulit, meningkatkan rasa percaya diri, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Kosmetik bukan suatu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit, jika salah dalam penggunaan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Misalnya peradangan pada kulit, oleh karena itu dalam menggunakan kosmetik perlu diketahui manfaat kosmetik (Wasitaatmadja, 1997)
Kosmetik adalah bahan yang diaplikasikan secara topikal yang digunakan untuk memperbaiki penampilan, menghilangkan kotoran kulit, meningkatkan rasa percaya diri, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Kosmetik bukan suatu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit, jika salah dalam penggunaan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Misalnya peradangan pada kulit, oleh karena itu dalam menggunakan kosmetik perlu diketahui manfaat kosmetik (Wasitaatmadja, 1997)
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Cimetidin Pada Omekur Tablet Secara Spektrofotometri Di. PT Mutiara Mukti Farama Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Cimetidin Pada Omekur Tablet Secara Spektrofotometri Di. PT Mutiara Mukti Farama Medan. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1999).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni, 2006).
Cimetidin adalah penghambat pada reseptor H2 secara selektif dan revresible, penghambatan histamin pada reseptor h2 akan menghambat sekresi asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, kafein, dan insulin. Cimetidin dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian, dan cimetidin di sekresikan melalui urin. Cimetidin dalam perdagangan biasanya di formula dalam bentuk sedian tablet dengan mengandung 200 mg cimetidin (Ganiswara, 1995). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan uji spektrofotometri cimetidin dalam bentuk tablet apakah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni, 2006).
Cimetidin adalah penghambat pada reseptor H2 secara selektif dan revresible, penghambatan histamin pada reseptor h2 akan menghambat sekresi asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, kafein, dan insulin. Cimetidin dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian, dan cimetidin di sekresikan melalui urin. Cimetidin dalam perdagangan biasanya di formula dalam bentuk sedian tablet dengan mengandung 200 mg cimetidin (Ganiswara, 1995). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan uji spektrofotometri cimetidin dalam bentuk tablet apakah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Allopurinol Dalam Omeric Tablet Produksi PT. Mutifa Medan Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Allopurinol Dalam Omeric Tablet Produksi PT. Mutifa Medan Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit.
Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni, 2006).
Allopurinol termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang merupakan suatu kelompok obat yang heterogen. Anti-inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan , dan mengatur zat derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti nasma atau arthritis rematoid (Katzung, 1994; Munaf, 1994).
Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni, 2006).
Allopurinol termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang merupakan suatu kelompok obat yang heterogen. Anti-inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan , dan mengatur zat derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti nasma atau arthritis rematoid (Katzung, 1994; Munaf, 1994).
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Mangan (Mn) Air Reservoir Dengan Cara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Mangan (Mn) Air Reservoir Dengan Cara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme. Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air.
Masalahnya, saat ini kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Selain itu, kelangkaan air bersih juga sudah terjadi di Indonesia. Maka, pengolahan air mutlak diperlukan agar air yang kita gunakan dalam kehidupan kita tidak menyebabkan penyakit serta tidak berdampak negative bagi tubuh kita (Kusmayadi, 2008). Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi.
Di PDAM Tirtanadi terdapat beberapa sampel air, diantaranya adalah air reservoir. Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen (Sutrisno, 1987).
Bahan – bahan kimia organik berpengaruh pada kualitas air minum. Salah satu zat kimia organik yang sering terdapat dalam air adalah kandungan Mangan (Mn), namun apabila kadar Mn tersebut terdapat dalam jumlah yang besar maka akan menimbulkan efek toksik. Syarat air minum sesuai Permenkes harus bebas dari bahan – bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain, kualitas air minum harus bebas dari bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya, dan lain sebagainya. Parameter kualitas air minum itu, ada yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kadar Mangan (Mn). Dalam tugas akhir ini akan dilakukan penetapan kadar Mangan (Mn) dalam air reservoir dengan cara Colorimetri (Sutrisno, 1987).
Masalahnya, saat ini kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Selain itu, kelangkaan air bersih juga sudah terjadi di Indonesia. Maka, pengolahan air mutlak diperlukan agar air yang kita gunakan dalam kehidupan kita tidak menyebabkan penyakit serta tidak berdampak negative bagi tubuh kita (Kusmayadi, 2008). Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi.
Di PDAM Tirtanadi terdapat beberapa sampel air, diantaranya adalah air reservoir. Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen (Sutrisno, 1987).
Bahan – bahan kimia organik berpengaruh pada kualitas air minum. Salah satu zat kimia organik yang sering terdapat dalam air adalah kandungan Mangan (Mn), namun apabila kadar Mn tersebut terdapat dalam jumlah yang besar maka akan menimbulkan efek toksik. Syarat air minum sesuai Permenkes harus bebas dari bahan – bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain, kualitas air minum harus bebas dari bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya, dan lain sebagainya. Parameter kualitas air minum itu, ada yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kadar Mangan (Mn). Dalam tugas akhir ini akan dilakukan penetapan kadar Mangan (Mn) dalam air reservoir dengan cara Colorimetri (Sutrisno, 1987).
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Zinc (Zn) AIR Reservoir Secara Colorimetry Di Laboratorium Pdam Tirtanadi Instalasi Sunggal
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Zinc (Zn) AIR Reservoir Secara Colorimetry Di Laboratorium Pdam Tirtanadi Instalasi Sunggal. Air mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan, air tidak hanya merupakan sumber penghasilan dalam menunjang industri dan kegiatan ekonomi lainnya tetapi juga merupakan tempat kehidupan kuman-kuman dan sumber penyakit lainnya.
Pencemaran air terjadi karena aktivitas manusia sehigga berbahaya bagi kesehatan masyarakat atau merugikan bagi pemakai air lainnya. Ada tiga penyebab utama tercemarnya suatu perairan (Abdullah, 1989):
1. Peningkatan konsumsi atau pengguaan air sehubungan dengan perekonomian dan taraf hidup masyarakat.
2. Terjadinya perpindahan dan pertambahan penduduk disekitar daerah industri.
3. Kurangnya kesadaran sosial dan rendahnya pendapatan untuk memperbaiki lingkungan hidup. Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Air Minum Daerah).
Air minum yang memenuhi syarat harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum tidak mengandung kuman patogen yang berbahaya bagi kesehatan. Air minum harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air minum (Widowati, 2008). Air reservoir adalah air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum, air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk dialirkan kepada konsumen (Gani, 2006).
Pencemaran air terjadi karena aktivitas manusia sehigga berbahaya bagi kesehatan masyarakat atau merugikan bagi pemakai air lainnya. Ada tiga penyebab utama tercemarnya suatu perairan (Abdullah, 1989):
1. Peningkatan konsumsi atau pengguaan air sehubungan dengan perekonomian dan taraf hidup masyarakat.
2. Terjadinya perpindahan dan pertambahan penduduk disekitar daerah industri.
3. Kurangnya kesadaran sosial dan rendahnya pendapatan untuk memperbaiki lingkungan hidup. Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Air Minum Daerah).
Air minum yang memenuhi syarat harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum tidak mengandung kuman patogen yang berbahaya bagi kesehatan. Air minum harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air minum (Widowati, 2008). Air reservoir adalah air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum, air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk dialirkan kepada konsumen (Gani, 2006).
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Parasetamol, Kafein Dan Asetosal Dalam Sediaan Oral Secara Simultan Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Parasetamol, Kafein Dan Asetosal Dalam Sediaan Oral Secara Simultan Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Obat dalam betuk kombinasi sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk diantaranya penyakit Flu. Kombinasi dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal biasanya digunakan untuk memperkuat efek analgetiknya. Obat ini dapat dianalisis secara serempak (simultan) mengunakan metode Kromatografi Cair Kenerja Tinggi (KCKT).
Dalam beberapa literatur menyatakan untuk penetapan kadar campuran dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal dapat dilakukan dengan beberapa komposisi fase gerak antara lain: Metanol - Dapar (Natrium Hidrogen fosfat, Tetrabutil Amonium fosfat, Asam fosfat), 3% Asam Asetat, Metanol - Dapar fosfat - Air, dan Dapar Amonium Asetat pH 4 - Metanol. Adapun fase gerak yang dipakai dalam penetapan kadar campuran dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal dalam penelitian ini adalah Dapar Amonium Asetat pH 4 dan Metanol. Analisis ini dilakukan menggunakan kolom Shim-pack VP-ODS (4,6 mm x 25 cm), detektor UV λ= 220 nm. Perbandingan fase gerak Dapar amonium Asetat pH4 -Metanol dengan perbandingan 95:5, 90:10, 80:20, dan 70:30. Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan fase gerak yang terbaik adalah 95:5. Kemudian dengan perbandinagan fase gerak yang terpilih dilakukan perbandingan laju alir dari 0,5 ml/menit, 0,6 ml/menit, 0,7 ml/menit dan 0,8 ml/menit.
Dari hasil penelitian diperoleh laju alir 0,8 ml/menit memberikan pemisahan dan hasil yang terbaik dengan waktu tambat 5,061 untuk Parasetamol, 7,274 untuk Kafein dan 8,222 untuk Asetosal, resolusi 8,688 dan 3,147; theoritical plate 8268,210 untuk Parasetamol, 10290,787 untuk Kafein dan 10824,424 untuk Asetosal. Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara luas puncak dengan konsentrasi, untuk Parasetamol pada konsentrasi 60 sampai 140 µg/ml dengan koefisien korelasi,r = 0.9982 dan persamaan regresi Y = 36915,4095X+533570,21 ; untuk Kafein pada konsentrasi 8 sampai 24 µg/ml dengan koefisien korelasi,r = 0.9997 dan persamaan regresi Y = 84645,7250X+3758,8600 ; untuk Asetosal pada konsentrasi 16 sampai 96 µg/ml dengan koefisien korelasi,r = 0.9994 dan persamaan regresi Y = 7028,4623X-1874,5674. Hasil penetapan kadar campuran bahan obat dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal menunjukkan uji validasi yang dilakukan terhadap tablet Poldan Mig (PT. Sanbe Farma), untuk Parasetamol diperoleh % recovery = 101,69, simpangan baku relatif (RSD) = 2,03%, untuk Kafein diperoleh % recovery = 103,23, simpangan baku relatif (RSD) = 4,75 dan untuk Asetosal diperoleh % recovery = 89,58, simpangan baku relatif (RSD) = 8,25.
Hasil ini menunjukkan metode KCKT yang digunakan tidak memenuhi persyaratan akurasi dan presisi untuk Kafein dan Asetosal. Batas deteksi (LOD) dan batas kuntitasi (LOQ) untuk Parasetamol 1,67 mcg/ml dan 5,54 mcg/ml, untuk Kafein 0,45 mcg/ml dan 1,50 mcg/ml dan untuk Asetosal 7,43 mcg/ml dan 24,75 mcg/ml. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan fase gerak Dapar Amonium Asetat pH4 - Metanol dapat digunakan untuk penetapan kadar dari campuran Parasetamol, Kafein dan Asetosal.
Dalam beberapa literatur menyatakan untuk penetapan kadar campuran dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal dapat dilakukan dengan beberapa komposisi fase gerak antara lain: Metanol - Dapar (Natrium Hidrogen fosfat, Tetrabutil Amonium fosfat, Asam fosfat), 3% Asam Asetat, Metanol - Dapar fosfat - Air, dan Dapar Amonium Asetat pH 4 - Metanol. Adapun fase gerak yang dipakai dalam penetapan kadar campuran dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal dalam penelitian ini adalah Dapar Amonium Asetat pH 4 dan Metanol. Analisis ini dilakukan menggunakan kolom Shim-pack VP-ODS (4,6 mm x 25 cm), detektor UV λ= 220 nm. Perbandingan fase gerak Dapar amonium Asetat pH4 -Metanol dengan perbandingan 95:5, 90:10, 80:20, dan 70:30. Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan fase gerak yang terbaik adalah 95:5. Kemudian dengan perbandinagan fase gerak yang terpilih dilakukan perbandingan laju alir dari 0,5 ml/menit, 0,6 ml/menit, 0,7 ml/menit dan 0,8 ml/menit.
Dari hasil penelitian diperoleh laju alir 0,8 ml/menit memberikan pemisahan dan hasil yang terbaik dengan waktu tambat 5,061 untuk Parasetamol, 7,274 untuk Kafein dan 8,222 untuk Asetosal, resolusi 8,688 dan 3,147; theoritical plate 8268,210 untuk Parasetamol, 10290,787 untuk Kafein dan 10824,424 untuk Asetosal. Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara luas puncak dengan konsentrasi, untuk Parasetamol pada konsentrasi 60 sampai 140 µg/ml dengan koefisien korelasi,r = 0.9982 dan persamaan regresi Y = 36915,4095X+533570,21 ; untuk Kafein pada konsentrasi 8 sampai 24 µg/ml dengan koefisien korelasi,r = 0.9997 dan persamaan regresi Y = 84645,7250X+3758,8600 ; untuk Asetosal pada konsentrasi 16 sampai 96 µg/ml dengan koefisien korelasi,r = 0.9994 dan persamaan regresi Y = 7028,4623X-1874,5674. Hasil penetapan kadar campuran bahan obat dari Parasetamol, Kafein dan Asetosal menunjukkan uji validasi yang dilakukan terhadap tablet Poldan Mig (PT. Sanbe Farma), untuk Parasetamol diperoleh % recovery = 101,69, simpangan baku relatif (RSD) = 2,03%, untuk Kafein diperoleh % recovery = 103,23, simpangan baku relatif (RSD) = 4,75 dan untuk Asetosal diperoleh % recovery = 89,58, simpangan baku relatif (RSD) = 8,25.
Hasil ini menunjukkan metode KCKT yang digunakan tidak memenuhi persyaratan akurasi dan presisi untuk Kafein dan Asetosal. Batas deteksi (LOD) dan batas kuntitasi (LOQ) untuk Parasetamol 1,67 mcg/ml dan 5,54 mcg/ml, untuk Kafein 0,45 mcg/ml dan 1,50 mcg/ml dan untuk Asetosal 7,43 mcg/ml dan 24,75 mcg/ml. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan fase gerak Dapar Amonium Asetat pH4 - Metanol dapat digunakan untuk penetapan kadar dari campuran Parasetamol, Kafein dan Asetosal.
Skripsi Farmasi Penetapan Kadar Air Pada Jamu Gemuk Sehat Untuk Pria Dan Wanita Secara Destilasi Toluen
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penetapan Kadar Air Pada Jamu Gemuk Sehat Untuk Pria Dan Wanita Secara Destilasi Toluen. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun yang telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada umumnya obat tradisional diracik dari ramuan bahan tumbuh-tumbuhan, yang sering disebut dengan tanaman obat.
Pada awalnya, bahan tumbuh-tumbuhan tersebut dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, rebusan, atau racikan namun pada perkembangannya, obat tradisional di konsumsi lebih praktis dalam bentuk pil, kapsul, sirup, tablet, sehingga memudahkan konsumen dalam penggunaanya. Badan pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) mengeluarkan Public Warning/peringatan tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat nomor: KH.00.01.1.5116 tanggal 4 desember 2006 yang berisi: Berdasarkan sampling dan pengujian laboratorium tahun 2006.
Badan POM telah menemukan sebanyak 93 produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat seperti coffein, fenilbutason, metampiron, CTM, deksametason dan parasetamol. Bahan kimia obat tersebut adalah bahan kimia obat keras yang harus digunakan melalui resep dokter karena memiliki efek samping dan resiko yang berbahaya apabila digunakan tanpa resep dokter. Hal ini sangat penting karena banyak sediaan obat tradisional tanpa adanya resep dari dokter.
Pada awalnya, bahan tumbuh-tumbuhan tersebut dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, rebusan, atau racikan namun pada perkembangannya, obat tradisional di konsumsi lebih praktis dalam bentuk pil, kapsul, sirup, tablet, sehingga memudahkan konsumen dalam penggunaanya. Badan pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) mengeluarkan Public Warning/peringatan tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat nomor: KH.00.01.1.5116 tanggal 4 desember 2006 yang berisi: Berdasarkan sampling dan pengujian laboratorium tahun 2006.
Badan POM telah menemukan sebanyak 93 produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat seperti coffein, fenilbutason, metampiron, CTM, deksametason dan parasetamol. Bahan kimia obat tersebut adalah bahan kimia obat keras yang harus digunakan melalui resep dokter karena memiliki efek samping dan resiko yang berbahaya apabila digunakan tanpa resep dokter. Hal ini sangat penting karena banyak sediaan obat tradisional tanpa adanya resep dari dokter.
Skripsi Farmasi Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Goji Berry (Lycium barbarum L.)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Goji Berry (Lycium barbarum L.). Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antioksidan dari eksrak etanol buah goji berry (Lycium barbarum L.) dalam rangka meningkatkan pemanfaatan antioksidan alami dari tumbuhan. Berdasarkan hasil skrining fitokimia diketahui bahwa buah goji berry mengandung senyawa kimia golongan alkaloida, flavonoida, saponin, tannin, glikosida, dan steroid/triterpenoid. Ekstrak diperoleh secara maserasi, dipekatkan dengan alat rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan freeze dryer.
Ekstrak diuji terhadap DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) sebagai radikal bebas dengan mengukur absorbansi DPPH pada panjang gelombang 515,5 nm pada menit ke-24, ke-30, dan ke-45 setelah penambahan pelarut metanol, berdasarkan hasil pengukuran operating time. Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH setelah penambahan ekstrak.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah goji berry memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah dalam meredam radikal bebas DPPH, dengan nilai Inhibitory Concentration (IC50) untuk buah goji berry yang dikeringkan (kadar air 9,95%) sebesar 444,60 ppm pada menit ke-24; 416,37 pada menit ke-30, dan 382,24 ppm pada menit ke-45 sedangkan buah goji berry yang tidak dikeringkan (kadar air 13,90%) memiliki nilai IC50 sebesar 328,86 ppm pada menit ke-24; 315,48 ppm pada menit ke-30, dan 294,07 ppm pada menit ke-45. Sementara vitamin C yang digunakan sebagai pembanding (kontrol) menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 26,17 ppm pada menit ke-24; 26,16 ppm pada menit ke-30, dan 26,16 ppm pada menit ke-45.
Ekstrak diuji terhadap DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) sebagai radikal bebas dengan mengukur absorbansi DPPH pada panjang gelombang 515,5 nm pada menit ke-24, ke-30, dan ke-45 setelah penambahan pelarut metanol, berdasarkan hasil pengukuran operating time. Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH setelah penambahan ekstrak.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah goji berry memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah dalam meredam radikal bebas DPPH, dengan nilai Inhibitory Concentration (IC50) untuk buah goji berry yang dikeringkan (kadar air 9,95%) sebesar 444,60 ppm pada menit ke-24; 416,37 pada menit ke-30, dan 382,24 ppm pada menit ke-45 sedangkan buah goji berry yang tidak dikeringkan (kadar air 13,90%) memiliki nilai IC50 sebesar 328,86 ppm pada menit ke-24; 315,48 ppm pada menit ke-30, dan 294,07 ppm pada menit ke-45. Sementara vitamin C yang digunakan sebagai pembanding (kontrol) menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 26,17 ppm pada menit ke-24; 26,16 ppm pada menit ke-30, dan 26,16 ppm pada menit ke-45.
Skripsi Farmasi Analisis Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd), dalam Cacing Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Analisis Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd), dalam Cacing Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Cacing tanah adalah hewan invertebrata yang sering dikonsumsi oleh masyarakat umum sebagai makanan maupun sebagai obat.
Efek toksik cacing tanah adalah kemampuan tubuhnya dalam mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan logam berat timbal dan kadmium di dalam tubuh cacing tanah yang hidup di habitat sampah. Sampel diambil dari tiga habitat sampah yang berbeda, yaitu sampah kering, sampah basah dan sampah dedaunan.
Tiga spesies cacing tanah yang diteliti adalah Megascolex sp., Drawida sp., dan Pontoscolex corethurus. Penetapan kadar timbal dan kadmium dalam cacing ini dilakukan menurut metode SPEKTROFOTOMETRI Serapan Atom di salah satu perusahaan swasta di Kawasan Industri Medan. Hasil analisis menunjukkan kadar timbal sebesar 6,5381 0,20918 mg/kg (Drawida sp); 8,4259 0,16987 mg/kg (Megascolex sp) ; 9,0923 0,13234 mg/kg (Pontoscolex corethaurus) dan kandungan kadmium sebesar 1,1734 0,05655 mg/kg (Drawida sp); 0,4303 0,01275 mg/kg (Megascolex sp); 1,1380 0,04109 mg/kg (Pontoscolex corethaurus).
Kadar cemaran timbal dan kadmium di dalam ketiga jenis cacing tanah ini melebihi batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan SNI No.7387-2009. Batas maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam makanan adalah 2 mg/kg untuk timbal dan 0,2 mg/kg untuk kadmium
Efek toksik cacing tanah adalah kemampuan tubuhnya dalam mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan logam berat timbal dan kadmium di dalam tubuh cacing tanah yang hidup di habitat sampah. Sampel diambil dari tiga habitat sampah yang berbeda, yaitu sampah kering, sampah basah dan sampah dedaunan.
Tiga spesies cacing tanah yang diteliti adalah Megascolex sp., Drawida sp., dan Pontoscolex corethurus. Penetapan kadar timbal dan kadmium dalam cacing ini dilakukan menurut metode SPEKTROFOTOMETRI Serapan Atom di salah satu perusahaan swasta di Kawasan Industri Medan. Hasil analisis menunjukkan kadar timbal sebesar 6,5381 0,20918 mg/kg (Drawida sp); 8,4259 0,16987 mg/kg (Megascolex sp) ; 9,0923 0,13234 mg/kg (Pontoscolex corethaurus) dan kandungan kadmium sebesar 1,1734 0,05655 mg/kg (Drawida sp); 0,4303 0,01275 mg/kg (Megascolex sp); 1,1380 0,04109 mg/kg (Pontoscolex corethaurus).
Kadar cemaran timbal dan kadmium di dalam ketiga jenis cacing tanah ini melebihi batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan SNI No.7387-2009. Batas maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam makanan adalah 2 mg/kg untuk timbal dan 0,2 mg/kg untuk kadmium
Skripsi Farmasi Penggunaan Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch) Dalam Sediaan Krim Pelembab
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Penggunaan Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch) Dalam Sediaan Krim Pelembab. Telah dilakukan penelitian terhadap buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch) dalam dasar krim m/a sebagai pelembab. Konsentrasi buah labu kuning yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi. Iritasi terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil.
Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 6,4 - 6,5. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah labu kuning yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi. Iritasi terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil.
Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 6,4 - 6,5. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah labu kuning yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
Skripsi Farmasi Analisis Cemaran Timbal Dan Kadmium Pada Ikan Yang Hidup Di Daerah Pesisir Dan Laut Dangkal Perairan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom
Download Kumpulan Contoh Proposal dan Skripsi Farmasi Lengkap – Analisis Cemaran Timbal Dan Kadmium Pada Ikan Yang Hidup Di Daerah Pesisir Dan Laut Dangkal Perairan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Perairan Belawan telah mengalami pencemaran oleh logam berat. Kandungan cemaran logam berat di daerah pesisir dan laut dangkal berbeda dengan kandungan cemaran logam berat di daerah laut dalam.
Daerah pesisir dan laut dangkal memiliki kandungan cemaran logam berat yang lebih tinggi daripada laut dalam, akibatnya spesies yang hidup di daerah pesisir dan laut dangkal memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi. Adapun cemaran logam berat yang telah mencemari perairan Belawan antara lain logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd).
Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris) dan ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis) adalah ikan yang hidup di daerah pesisir dan laut dangkal. Adanya pencemaran oleh kedua logam tersebut mengakibatkan terjadinya bioakumulasi logam pada kedua ikan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar cemaran logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) di dalam ikan Sembilang dan ikan Kepala Batu.
Pemeriksaan kedua logam ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan pereaksi dithizon 0,005% b/v pada pH yang berbeda, logam timbal (Pb) dianalisis pada pH 8 dan logam kadmium dianalisis pada pH 12. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm untuk logam timbal (Pb) dan pada panjang gelombang 228,8 nm untuk logam kadmium (Cd).
Dari hasil analisis diperoleh kadar logam timbal yang terdapat pada ikan Sembilang dan ikan Kepala Batu masing-masing adalah 0,4676 ± 0,0205 mcg/g dan 0,6331 ± 0,0283 mcg/g. Sedangkan kadar logam kadmium yang terdapat pada ikan Sembilang dan ikan Kepala Batu masing-masing adalah 0,0405 ± 0,0033 mcg/g dan 0,0608 ± 0,0043 mcg/g. Kadar logam timbal yang terdapat di dalam kedua ikan tersebut telah melewati ambang batas maksimum yang diizinkan menurut SNI 7387-2009, sedangkan kadar logam kadmium tidak melewati ambang batas maksimum yang diizinkan.
Daerah pesisir dan laut dangkal memiliki kandungan cemaran logam berat yang lebih tinggi daripada laut dalam, akibatnya spesies yang hidup di daerah pesisir dan laut dangkal memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi. Adapun cemaran logam berat yang telah mencemari perairan Belawan antara lain logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd).
Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris) dan ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis) adalah ikan yang hidup di daerah pesisir dan laut dangkal. Adanya pencemaran oleh kedua logam tersebut mengakibatkan terjadinya bioakumulasi logam pada kedua ikan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar cemaran logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) di dalam ikan Sembilang dan ikan Kepala Batu.
Pemeriksaan kedua logam ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan pereaksi dithizon 0,005% b/v pada pH yang berbeda, logam timbal (Pb) dianalisis pada pH 8 dan logam kadmium dianalisis pada pH 12. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm untuk logam timbal (Pb) dan pada panjang gelombang 228,8 nm untuk logam kadmium (Cd).
Dari hasil analisis diperoleh kadar logam timbal yang terdapat pada ikan Sembilang dan ikan Kepala Batu masing-masing adalah 0,4676 ± 0,0205 mcg/g dan 0,6331 ± 0,0283 mcg/g. Sedangkan kadar logam kadmium yang terdapat pada ikan Sembilang dan ikan Kepala Batu masing-masing adalah 0,0405 ± 0,0033 mcg/g dan 0,0608 ± 0,0043 mcg/g. Kadar logam timbal yang terdapat di dalam kedua ikan tersebut telah melewati ambang batas maksimum yang diizinkan menurut SNI 7387-2009, sedangkan kadar logam kadmium tidak melewati ambang batas maksimum yang diizinkan.
Langganan:
Postingan (Atom)